Ancaman Krisis Hantui Perekonomian Global, Bagaimana Indonesia?

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Konstruksi
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Ancaman krisis saat ini tengah membayangi perekonomian dunia. Pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina, merupakan penyebab dari naiknya harga pangan dan energi yang terjadi saat ini.

Malaysia Ajak Indonesia Kerja Sama Investasi di Sustainable Aviation Fuel, Ungkap Rencana Petronas

Apalagi saat ini beberapa negara telah terkena dampak dari hal tersebut. Di mana salah satunya Amerika Serikat (AS), yang dilaporkan bahwa tingkat inflasi Mei 2022 meningkat 8,6 persen dari tahun sebelumnya.

Melalui gejolak ekonomi global yang terjadi saat ini, bagaimana pengaruhnya terhadap Indonesia akan hal tersebut?

Hilirisasi Dorong Peningkatan Investasi dan Perluasan Lapangan Kerja

Baca juga: Pengamat Ini Usul Subsidi BBM Diganti ke Transportasi Publik

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia, Teuku Riefky mengatakan dengan terjadinya krisis global perlu dicermati beberapa sumber yang mempengaruhi kondisi ekonomi global.

Jangan Salah Paham! Ini Penjelasan Lengkap Crypto & Bitcoin (BTC) untuk Pemula

“Buruknya perang Rusia dan Ukraina menimbulkan tekanan inflasi. Nah tekanan inflasi ini sebetulnya memang sudah terjadi sebelum perang Rusia-Ukraina, tapi dengan adanya perang ini kemudian memperparah tekanan inflasi,” ujar Riefky saat dihubungi VIVA.

Adapun untuk Indonesia menurutnya, pengaruh yang terjadi pada perdagangan dan investasi perlu dicermati dari berbagai hal. Pertama melalui harga komoditas yaitu, energi.

“Dari sisi perdagangan sebetulnya kita diuntungkan karena memang kita ini eksportir komoditas CPO dan batu bara. Sehingga kemudian kita melihat dengan adanya tekanan inflasi ini kita melihat surplus neraca perdagangan kita yang terus meningkat,” jelasnya.

Kapal tongkang pengangkut batu bara saat melintas di Sungai Musi, Palembang

Photo :
  • ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Sementara melalui investasi katanya, Indonesia saat ini masih dalam kondisi pemulihan ekonomi yang sedang baik-baiknya. Dengan hal itu maka mendorong investasi untuk masuk.

“Tapi di sisi lain dengan adanya pengetatan suku bunga global atau kebijakan moneter global ini menyebabkan adanya capital outflow. Tidak hanya dari negara Indonesia tapi negara-negara berkembang lainnya,” ujarnya.

Dengan demikian, lanjut Riefky untuk finansial terjadi investasi keluar. Sedangkan investasi asing langsung dampaknya saat ini sulit untuk dipastikan.

“Tapi kalau kita lihat dari sisi perdagangan sebetulnya kita diuntungkan, nah dari sisi investasi ini yang perlu melihat perkembangan global lagi kedepannya. Tapi ini masih sangat-sangat dini untuk menunjukkan apakah kita akan menuju krisis atau tidak kalau untuk Indonesia,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya