Anggota DPR Minta Buruh Diperhatikan saat Susun Regulasi Tembakau
- ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
VIVA – Pemerintah diminta untuk memperhatikan kondisi pekerja di industri padat karya. Salah satunya yakni para buruh atau pekerja di industri hasil tembakau (IHT) khususnya saat menetapkan regulasi pertembakauan di Indonesia.
Anggota Komisi IV DPR RI, Mindo Sianipar mengatakan, IHT merupakan sektor industri padat karya yang menyerap jutaan tenaga kerja, mulai dari petani, pekerja pabrik, hingga pedagang eceran.
"Industri hasil tembakau menopang nasib banyak pekerja, khususnya para pekerja pabrik yang sumber penghasilannya berasal dari pabrik-pabrik rokok," kata Mindo dalam keterangannya, Senin 13 Juni 2022.
Menurut Mindo, bagi sebagian besar pekerjanya, pabrik rokok menjadi satu-satunya sumber pendapatan keluarga mereka. Sehingga, dia berharap agar pemerintah terus mendukung eksistensi dan perkembangan industri hasil tembakau nasional.
"Industri ini harus dijaga keberadaannya. Salah satunya dengan menetapkan regulasi yang adil dan mendukung perkembangannya. Jangan sampai dalam perumusan kebijakan, nasib para pekerja ini tidak diperhatikan dan hanya mendengarkan pihak yang memiliki kepentingan lain dan justru mengorbankan kepentingan para pekerja tersebut," ujarnya.
Tak hanya dari aspek penyerapan tenaga kerja, Mindo menjelaskan bahwa industri hasil tembakau memiliki kontribusi besar terhadap penerimaan negara melalui Cukai Hasil Tembakau (CHT). Hal ini yang membuat industri padat karya punya peran penting sebagai industri strategis yang mendorong pertumbuhan perekonomian nasional.Â
"Negara menerima uang ratusan triliun dari cukai tembakau. Jutaan pekerja juga mendapatkan penghasilan dari sini yang membuat roda perekonomian terus berputar. Jadi tidak patut apabila pemerintah termakan omongan pihak-pihak luar yang ingin mematikan industri ini," kata Mindo.
Selain berkontribusi secara langsung terhadap perekonomian nasional, lanjut Mindo, industri ini juga menggerakkan perekonomian daerah melalui industri pendukungnya. Misalnya yakni seperti hadirnya pabrik-pabrik kecil di daerah. Salah satu yang juga besar kontribusinya yaitu hadirnya mitra produksi sigaret, yang turut memproduksi sigaret kretek tangan (SKT).
Mitra produksi sigaret ini tersebar di beberapa daerah di Indonesia, sehingga dapat menyerap tenaga kerja lokal. Hal ini tentu dapat menciptakan multiplier effect baik pada sektor IHT, maupun industri pendukung lainnya. Yakni dengan mengurangi angka pengangguran, dan menggerakkan perekonomian setempat menuju kesejahteraan masyarakat yang lebih baik di daerah tersebut.
"Sebagai perpanjangan tangan dari masyarakat, saya akan berusaha melindungi dan memperjuangkan apa yang menjadi hak masyarakat, termasuk hak para pekerja di pabrik-pabrik rokok," ujarnya.