Heboh Debitur Diminta Kosongkan Rumah, Ini Penjelasan BTN

Ilustrasi perumahan/rumah tapak.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Satrio Arismunandar, Suami dari debitur Bank Tabungan Negara (BTN) Yuliandhini, mengaku merasa mendapatkan tindakan intimidatif terkait penagihan utang istrinya.

Hal itu terkait dengan kedatangan sembilan petugas BTN yang diboncengkan pegawai PT Bangun Properti Nusantara pada Jumat, 10 Juni 2022 malam untuk mengosongkan paksa rumahnya.

Menurut kuasa hukum Satrio, Sugeng Teguh Santoso, tindakan BTN tersebut menyetujui tindakan melawan hukum orang-orang PT Bangun Properti Nusantara yang bergaya preman.

Dikutip dari Antara, Senin, 13 Juni 2022, BTN, kata Sugeng, mengirimkan sembilan orang terdiri atas para petugas, termasuk dua pimpinan PT Bangun Properti Nusantara, dengan alasan gagal melunasi pinjaman. Akan tetapi Satrio menolak tindakan yang dianggap intimidatif dan tidak manusiawi itu sehingga dia dan keluarganya tetap bertahan.

Sugeng sangat menyayangkan pihak BTN yang dinilai masih menggunakan cara-cara mencederai prinsip-prinsip profesional dan prudence (kehati-hatian) perbankan. Oleh karena itu, pihaknya akan mengambil langkah hukum melaporkan secara pidana kepada mereka.

Merespons hal tersebut, BTN pun menjawab pemberitaan yang disampaikan Satrio Arismunandar yang merupakan suami dari debitur BTN, atas nama Yuliandhini.

“BTN telah beritikad baik menjelaskan kepada saudara Satrio dan istrinya untuk menjelaskan duduk perkaranya agar tidak terjadi kesalahpahaman,” kata Corporate Secretary BTN, Ari Kurniaman dikutip dari keterangannya, Senin, 13 Juni 2022.

Ari menjelaskan, BTN berkomitmen dalam menjaga data maupun informasi nasabah serta selalu menghormati dan menghargai hak nasabah.
Apalagi BTN bertindak sesuai dengan peraturan dan perjanjian yang telah disepakati bersama dengan Yuliandhini. 

Momen Kocak Pemotor Salah Belok Malah Masuk Rumah Orang, Netizen: Langsung Mampir

"Agar diketahui bahwa aktivitas-aktivitas BTN terkait agunan kredit semata-mata dilaksanakan dalam rangka menjalankan tugas dan haknya sebagai kreditur untuk meminta komitmen pembayaran dari debitur," ujarnya.

"Dengan tetap memperhatikan ketentuan UU dan perjanjian kredit yang telah disepakati antara BTN dengan nasabah serta Surat Pernyataan yang ditandatangani nasabah beserta konsekuensinya,” kata Ari.

Banjir Besar Terjadi di Filipina Utara, Ribuan Rumah Terendam

Ari menjelaskan, Yuliandhini tercatat menjadi debitur BTN sejak bulan Oktober 2015. Debitur telah diberikan kesempatan restrukturisasi kredit dan dibebaskan dari kewajiban pembayaran angsuran (Grace Period) selama 1 tahun. 

"Tapi Debitur tetap tidak melakukan pembayaran angsuran meskipun masa Grace Period telah selesai," tegasnya.

Alasan Denny Sumargo Bawa Kamera saat Datangi Rumah Farhat Abbas, Ternyata Bukan Sekadar Dokumentasi

BTN.

Photo :
  • Dokumentasi BTN.

BTN menurut Ari, juga telah melakukan pembinaan dengan mengirimkan Surat Peringatan 1 sampai dengan Surat Peringatan 3. Juga debitur telah membuat pernyataan sebanyak tiga kali, yang mencakup pernyataan bahwa debitur akan mengosongkan dan menyerahkan kembali agunan kredit kepada BTN untuk dijual atau dilelang, jika tidak melakukan pembayaran. 

“Jadi jelas aktivitas-aktivitas BTN dan imbauan untuk membayar segera tunggakan utangnya tersebut sudah dikomunikasikan secara baik dan sesuai dengan surat pernyataan yang sudah ditandatangani oleh Saudari Yuliandhini,” kata Ari.

Lebih lanjut dia berharap adanya itikad baik dari debitur dan berkomitmen dalam memenuhi kewajibannya. “BTN terbuka apabila nasabah ingin menyelesaikan permasalahan secara baik dengan menghubungi Kantor Cabang kami,” jelasnya.

BTN kata Ari juga sudah melakukan komunikasi dengan kuasa hukum debitur yakni Sugeng Teguh Santoso. Berdasarkan hasil pembicaraan, kuasa hukum debitur sepakat untuk bertemu untuk membahas penyelesaian permasalahan dengan sebaik-baiknya. 

"Kami berharap masalah ini dapat diselesaikan secara baik dalam waktu secepatnya," tutupnya. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya