B20 WiBAC Sebut Peran Perempuan Genjot Ekonomi Turun Selama Pandemi
- istimewa.
VIVA – Pandemi COVID-19 berdampak besar bagi seluruh lini kehidupan, tak terkecuali pada sektor bisnis. Salah satunya terkait peran perempuan dalam dunia usaha.
Chair of B20 Women in Busines Action Council (WiBAC) Ira Noviarti mengungkapkan, tingkat kesenjangan pada partisipasi gender kian memburuk saat ini. Yang tadinya 99,5 tahun, kini menjadi 135,6 tahun.
“Kesenjangan ini terus dirasakan oleh pekerja perempuan, misalnya, representasi perempuan di posisi manajerial yang masih lebih sedikit dibanding laki-laki, kesenjangan besaran penghasilan antara perempuan dan laki-laki, serta minimnya peraturan terkait kekerasan terhadap perempuan," jelas Ira dikutip dari keterangannya, Minggu, 12 Juni 2022.
"Diperlukan rekomendasi dan kebijakan yang bisa diterapkan secara terstruktur untuk menjembatani kesenjangan tersebut,” tambah bos Unilever Indonesia tersebut.
Dia menjabarkan, berdasarkan data yang diperoleh oleh B20 WiBAC, sekitar 23 persen pekerja perempuan harus atau akan meninggalkan pekerjaan saat pandemi. Pekerjaan yang dijalani oleh perempuan juga memiliki risiko lebih karena adanya 19 persen over representation di dalam sektor yang terdampak langsung oleh pandemi (seperti sekolah, tempat penitipan anak, dan lainnya).
Lebih lanjut menurut Ira, hal-hal tersebut dapat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan banyak keluarga. Dalam skala global juga melemahkan kondisi ekonomi dunia. Oleh karena itu diperlukan aksi nyata dari para pemangku kepentingan, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
The World Economic Forum pada 2018 memprediksi bahwa keterlibatan perempuan yang setara di dalam ekonomi global dapat mendorong peluang pertumbuhan PDB global sebesar US$28 triliun. Agar peluang tersebut tidak terlewatkan, Gugus tugas B20 WiBAC mengusulkan kebijakan dan aksi untuk memajukan perempuan.
Saat ini, B20 WiBAC merekomendasikan serangkaian kebijakan dan aksi yang dibagi menjadi tiga pilar. Pertama adalah mengenai pemberdayaan kemampuan wirausaha perempuan dengan cara mengembangkan ekosistem yang dapat memberikan akses pada bantuan finansial, regulasi, hingga akses pada bantuan teknis bagi pelaku usaha.
"Sebagai tindak lanjut, jaringan bisnis perempuan dalam skala global harus terus dikembangkan," tambahnya.
Kedua, adalah mendorong kemampuan digital dan kepemimpinan perempuan, dengan cara mempercepat akses perempuan pada lingkup digital/STEM. Serta memperkuat keterampilan untuk mengambil pada posisi-posisi pimpinan yang diperkuat dengan laporan berbasis gender.
Kebijakan terakhir adalah mendorong lingkungan kerja yang adil dan aman bagi semua. Hal ini dapat dimulai dengan meningkatkan keamanan kerja bagi pekerja perempuan di sektor perekonomian informal, termasuk di masyarakat pedesaan, serta membangun kebijakan sistematis untuk menghindari kekerasan berbasis gender dan membantu korban kekerasan.
“Aspirasi kami di ’B20 Women in Business Action Council’ adalah bahwa di masa depan akan lebih banyak perempuan yang memimpin, berpartisipasi, dan memiliki akses ke peluang bisnis dan ekonomi yang lebih baik," ujarnya.
"Saya harap seluruh rekomendasi kebijakan yang nantinya kami rumuskan akan mampu melahirkan generasi perempuan-perempuan yang skillful, resilient dan berdaya dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional maupun global,” tutupnya.