Dirut Pertamina: Konflik Rusia-Ukraina Bikin Harga Gasoil Meroket

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina ternyata berdampak besar terhadap bisnis migas dunia. Khususnya terhadap pasokan bahan bakar gasoil (solar/diesel).

Hasil Uji Lab BBM Pertamax yang Viral Dituding Bikin Rusak Mobil

Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati. Rusia disebut merupakan negara yang mamasok komponen yang diperlukan untuk produksi gasoil.

"Dengan (konflik) geopolitik, sebetulnya yang sangat krusial dan critical serta sulit untuk dicapai adalah gasoil, Karena komponen untuk memproduksi gasoil ini 50 persennya disuplai dari Rusia," kata Nicke dalam acara gathering Pemimpin Redaksi Media bersama Direksi Pertamina di Graha Pertamina, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu 8 Juni 2022.

Pertamina Investigasi Viralnya Mobil-mobil Alami Kerusakan Diduga Pakai Pertamax

Gasoil Jadi Produk Paling Mahal Sedunia

Dengan situasi yang tengah dihadapi oleh Rusia saat ini, termasuk sanksi yang tengah mereka hadapi akibat konflik geopolitik tersebut, Nicke memastikan bahwa suplai bahan baku untuk gasoil itu pun otomatis terhenti.

Kenapa SPBU Asing Kesulitan Bertahan di Indonesia? Ini Penyebabnya!

"Sehingga sekarang ini selisih harga dari crude dengan gasoil yang biasanya sekitar US$4-US$5, sekarang itu US$52. Jadi sekarang itu produk yang paling mahal sedunia itu ya gasoil," kata Nicke.

Pertamina Sudah Tingkatkan Produksi Sendiri

Meski demikian, untuk solar sendiri Nicke memastikan bahwa Pertamina sudah tidak perlu terlalu khawatir mengenai hal tersebut. Sebab, sejak April 2019 Pertamina sudah tidak melakukan impor lagi, karena mereka sudah bisa meningkatkan produksi solar dan avtur serta B30.

"Jadi sebetulnya manfaat program B30 itu kita rasakan sekarang. Dan juga peningkatan kinerja dari kilang-kilang di Pertamina ini juga bisa meningkatkan produksi gasoil," kata Nicke.

Meski begitu, Nicke berharap tidak terjadi masalah di produksi yang mengharuskan untuk menambah impor demi kebutuhan dalam negeri. "Tapi jangan sampai ada masalah, karena begitu shut down (produksi) sehari saja, ini kan tipis sekali. Jadi kemarin saat Idul Fitri di tiga hari terakhir kan naiknya 41 persen. Karena kalau produksinya 'missed' sedikit saja, impor naik," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya