Revolusi Industri 4.0 Akselerasi RI Masuk 10 Besar Ekonomi Dunia 2030
- Megapixl
VIVA – Revolusi industri 4.0 bagi Indonesia memberikan peluang untuk merevitalisasi sektor manufaktur, sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian visi Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia pada tahun 2030.
Optimalisasi momentum tersebut pun dilakukan melalui peningkatan otomatisasi, komunikasi machine to machine, komunikasi human to machine, AI, serta pengembangan teknologi berkelanjutan.
Dalam implementasinya, ada empat dasar faktor penggerak utama. Yakni, peningkatan volume data, daya komputasi, konektivitas, dan peningkatan kemampuan analitis dan bisnis intelijen.
Karena itu adanya teknologi 5G diperkirakan akan memberikan perubahan besar bagi industri Indonesia di tengah revolusi industri 4.0. Terlebih lagi, teknologi dan jaringan telekomunikasi 5G mampu mentransfer data lebih besar, lebih cepat, stabil dan aman, membuka kemungkinan makin banyak perangkat yang terhubung melalui internet dan meningkatkan otomasi industri.
Direktur Telekomunikasi, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Aju Widya Sari dikutip dari keterangannya mengatakan, implementasi 5G tidak hanya sekadar peningkatan kecepatan transfer data dibandingkan dengan teknologi sebelumnya.
Namun, jaringan 5G juga membuka kemungkinan banyak layanan, hingga peluang atau use cases baru, baik di segmen konsumen (B2C) maupun segmen enterprise (B2B). Sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan perekonomian nasional.
"Tujuan akhir dari 5G adalah network slicing yang mendukung layanan machine to machine dan low latency yang bisa dimanfaatkan untuk aplikasi atau layanan lainnya dalam mendukung kegiatan industri,” kata Aju dalam webinar bertajuk '5G Private Network sebagai Game Changer' Selasa, 8 Juni 2022.
Dia menjelaskan, sebagai 5G merupakan teknologi andalan untuk mendukung otomasi dalam bisnis komersial yang bisa mentransfer data lebih besar dan lebih cepat. Hal itu tentu menjadi tantangan bagi banyak perusahaan, tapi sekaligus juga membuka banyak kesempatan.
Meski demikian dia mengatakan, tantangannya memang tidak mudah untuk mengelola jaringan yang makin kompleks. Di mana makin banyak perangkat saling terhubung, menciptakan volume lalu lintas data yang sangat besar dan berjalan begitu cepat, agar bisa terus bekerja optimal dan aman.
Sementara iut, Vice President Network Architecture and Design Telkomsel, Marfani Hasan mengakui, ekosistem Indonesia memang belum sepenuhnya siap untuk mengadopsi teknologi 5G. Namun, terus berupaya mengadakan workshop maupun sosialisasi, khususnya kepada kalangan BUMN dan UMKM, terkait manfaat yang bisa mereka dapatkan dari teknologi 5G tersebut.
Marfani mengatakan, dengan edukasi yang benar, penerapan teknologi diharapkan bisa memberi dampak yang signifikan bagi industri, masyarakat, maupun efisiensi perusahaan Telkomsel sendiri.
“Kita berusaha untuk tetap mendorong lewat projek-projek katalis 5G, misalnya seperti yang telah kami lakukan bersama Freeport dan salah satu pemimpin industri sistem kontrol di Indonesia," tambahnya.
Telkomsel pun lanjut dia dapat membuka lebih banyak peluang dan kesempatan bagi pelanggan, pelaku industri, hingga lembaga pemerintahan dalam memanfaatkan teknologi jaringan seluler generasi terbaru. Agar mampu mendorong lebih banyak inovasi dan dapat mentransformasi kehidupan sehari-hari lebih jauh lagi.
"Dan kita juga sudah mulai ada pembicaraan dengan teman-teman di IKN (Ibu kota Negara Nusantara) salah satunya mengenai auto guided vehicle. Ke depannya, kita akan mengembangkan beberapa hal yang memungkinkan di sana yang sudah tentu membutuhkan jaringan kuat 5G untuk industri,” ujar dia.
Sementara itu, Country Director Qualcomm Indonesia, Shannedy Ong mengatakan, 5G private network merupakan jaringan spesial dengan waktu pemasaran yang jauh lebih hemat biaya, terukur dan lebih cepat. Di mana jaringan tersebut akan membantu perusahaan dan semua lini industri untuk menuju transformasi digital.
Qualcomm menjalin kolaborasi dengan mitra global, termasuk dengan Microsoft, yang membawa E2E 5G private network komersial yang telah terintegrasi dari perangkat yang terhubung di edge ke jaringan Radio Access Network (RAN) dan Core, solusi chip-to-cloud pertama di industri.
“Saat ini penerapan teknologi 5G untuk penggunaan komersial sudah menjadi mainstream mengingat 5G membawa perubahan yang sangat signifikan. Kalau kita lihat secara global, datanya ada 850 juta orang yang baru pertama kali punya akses ke internet dan ini potensial," ujarnya.
"Kalau kita bisa menangkap potensi ini, maka akan bisa membawa perubahan yang signifikan sebesar USD 3,3 Triliun menambah GDP global pada 2032,” lanjutnya.
Saat ini telah bermunculan kawasan industri yang terintegrasi dengan pusat komersial dan area pemukiman. Menjelma sebagai sebuah kota industri pintar karena didukung dengan kecanggihan teknologi seperti IoT untuk mengantisipasi salah satu tren industri global.
Kota industri ini menyediakan seluruh kebutuhan pelaku industri di suatu kawasan dalam sebuah ekosistem yang terpadu. Selain pengelolaan kawasan industri, penerapan otomasi dan komputasi cerdas juga dapat dilakukan pada pengelolaan kawasan hunian dan sektor usaha yang melibatkan banyak sumber daya dalam suatu aktivitas.
"Kunci lainnya adalah kolaborasi, baik pemerintah, operator dan juga dari pemain industri teknologi yang mendukung terealisasinya 5G private network," tambahnya.