Sri Mulyani Curhat Harga Minyak Dunia dari Murah hingga Mahal

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • Tangkapan layar.

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan terkait harga minyak yang sebelumnya minus hingga melambung tinggi saat ini. Di mana saat ini harga minyak mentah naik ke kisaran US$120 per barel setelah Arab Saudi menaikkan harga jualnya.

LPI Survei 10 Menteri Kabinet Prabowo dengan Kinerja Terbaik: Nomor 1 dan 4 Mengejutkan

Adapun hal itu diungkapkan Sri Mulyani pada Rapat Kerja dengan Komite IV DPD RI. Dia mengatakan, negatifnya harga minyak mentah pada waktu itu dikarenakan pandemi COVID-19.

“Kalau Bapak Ibu pasti masih ingat April 2020 harga minyak itu sempat negatif, nggak ada harganya. Minyak itu dalam dua hari pernah nilainya negatif, jadi artinya sudah muncrat-muncrat di berbagai sumur di dunia nggak ada yang beli waktu itu karena kita tengah pandemi,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Rabu 8 Juni 2022.

Gus Yahya: Masyarakat Perlu Dengar Penjelasan Pemerintah soal PPN 12 Persen

Baca juga: Geger Pemukulan di Kantor Pajak Bekasi, DJP: Kekerasan Tak Ditoleransi

Ani sapaan akrabnya melanjutkan, dengan murah atau negatifnya harga jual minyak dunia pada waktu itu. Dia telah menanyakan kepada Pertamina sebagai perusahaan plat merah negara untuk membeli minyak tersebut.

Pemerintah Siapkan Anggaran Subsidi Rp11,4 Triliun untuk Sektor Otomotif di 2025

“Kita menanyakan Pertamina beli aja itu, tapi semua tangkinya udah penuh. Jadi nggak ada lagi yang mau dibeli karena demand nggak ada, waktu itu seluruh dunia berhenti kegiatan ekonominya,” jelasnya.

Adapun dengan demand atau permintaan yang turun akibat COVID-19. Maka minyak yang diproduksi tidak ada yang membeli. “Makanya orang nggak bisa switch off produksi makanya harganya sempat negatif, dua hari sempat negatif,” terangnya.

Ilustrasi kilang minyak.

Photo :
  • Antara/ Aguk Sudarmojo

Ani menjelaskan, untuk harga minyak yang negatif dimulai dari US$20, US$30, US$60, US$80, US$100, hinga US$120 per barel saat ini.

“Untuk menggambarkan betapa dalam dua tahun range dari minus sampe US$120 itu bisa terjadi dan memang terjadi seperti yang kita lihat dalam dua tahun terakhir,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya