Dituding Bantu Rusia Serang Ukraina, CEO Yandex Mundur

Arsip foto - CEO Yandex, Arkady Volozh, saat menghadiri SPIEF.
Sumber :
  • REUTERS/Maxim Shemetov via ANTARA

VIVA – CEO Yandex Arkady Volozh mundur dari jabatannya tidak lama setelah Uni Eropa menjatuhkan sanksi kepadanya karena membantu Rusia.

Volozh mendirikan raksasa internet Rusia ini pada 1997. Yandex mengumumkan pengunduran diri Volozh pada Jumat (3/6) waktu setempat seperti dikutip dari Reuters, Senin.

Uni Eropa mengenakan sanksi kepada Volozh atas tuduhan membantu Rusia menyerang Ukraina secara "material atau finansial".

Smartphone Yandex.

Photo :
  • WTC-Radio

Dia mengatakan tuduhan Komisi Eropa tersebut sebagai "salah alamat". Meski pun ada sanksi, kata Volozh, dia menyerahkan pemungutan suara kepada direksi perusahaan.

Perusahaan Yandex tidak menjadi subjek sanksi Uni Eropa.

Perusahaan mesin pencari tersebut menyatakan yakin pengunduran diri Volozh tidak berpengaruh terhadap operasi, keadaan finansial dan hubungan mereka dengan mitra.

"Direksi terus berfungsi secara normal. Yandex memiliki tim manajemen yang kuat, yang mampu membawa perusahaan ini ke tingkat berikutnya dengan dukungan yang kuat dari dewan," kata Yandex.

Tentara Korut Ditarik dari Perbatasan Ukraina, Ada Apa?

Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari, mereka menyebut agresi tersebut sebagai "operasi militer khusus" untuk "denazifikasi" negara tetangga mereka. (Antara)

Sabotase Meningkat, Petinggi Militer NATO Imbau Pebisnis Bersiap Hadapi "Skenario Perang"
Donald Trump dan Vladimir Putin

Bersahabat Dekat dengan Trump, Putin Optimis Hubungan Rusia-AS Bakal Mencair

Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Kamis, 28 November 2024, menyebut Presiden terpilih AS, Donald Trump sebagai ‘orang yang cerdas’ yang mampu memecahkan masalah.

img_title
VIVA.co.id
29 November 2024