Asumsi Pertumbuhan Ekonomi RI 2023 Dipatok 5,3 sampai 5,9 Persen
- VIVA/Mohammad Yudha Prasetya
VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengaku optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 mendatang bisa mencapai kisaran 5,3-5,9 persen.
Namun, dia mengakui bahwa lebarnya rentang asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia itu adalah akibat masih tingginya ketidakpastian global, meskipun potensi ekonomi domestik masih terbilang cukup tinggi.
"Pemerintah melihat cukup realistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 diperkirakan tumbuh di kisaran 5,3-5,9 persen," kata Sri Mulyani dalam telekonferensi di Rapat Paripurna DPR RI ke-24, Selasa 31 Mei 2022.
Karenanya, Menkeu menegaskan bahwa diperlukan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan inklusif, dalam upaya pemulihan ekonomi nasional demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Dia menjelaskan sejumlah faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di 2023. Di antaranya pertama, faktor pemulihan ekonomi akan memberikan dorongan pada aspek konsumsi masyarakat untuk semakin menguat, didukung oleh perbaikan tingkat kesejahteraan.
"Pola konsumsi masyarakat mulai normal setelah konsumsi sempat tertekan masa pandemi, dan diperkirakan terus meningkat di tahun ini dan tahun depan," ujarnya.
Kemudian, Sri Mulyani juga meyakini bahwa dari sisi investasi akan semakin meningkat, seiring lonjakan harga komoditas yang tinggi dan memanfaatkan momentum akselerasi transformasi ekonomi. Selain itu, investasi publik pun akan meningkat, seiring keberlanjutan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan pengembangan IKN Nusantara.
"Ini akan mendorong pertumbuhan investasi dan sekaligus menciptakan stimulasi investor sektor swasta di masa depan," kata Sri Mulyani.
Selain itu, fungsi intermediasi di sektor keuangan dipastikan juga akan terus membaik, seiring meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan. Sehingga, hal itu akan turut mendorong aktivitas investasi, serta kinerja positif di pasar modal.
"Ekspor di tahun depan diperkirakan masih akan kuat bertahan, seiring menguatnya pemulihan ekonomi yang mendorong naiknya permintaan impor, terutama untuk bahan baku dan barang modal," ujarnya.