BI Ungkap Dampak Kebijakan Zero Covid China ke Ekonomi Global
- VIVA/Anisa Aulia
VIVA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan pelemahan pertumbuhan ekonomi global. Ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina, implementasi kebijakan zero Covid China dan percepatan normalisasi kebijakan moneter di berbagai negara memberi pengaruh.
Perry mengatakan, pertumbuhan ekonomi di berbagai negara seperti Eropa, AS, Jepang, Tiongkok, dan India berisiko lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
“Volume perdagangan dunia berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan risiko tertahannya perbaikan perekonomian global dan masih berlangsungnya gangguan rantai pasokan global,” ujar Perry dalam keterangannya, Selasa 24 Mei 2022.
Selain itu, dengan harga komoditas global yang masih meningkat yang diantaranya energi, pangan, dan logam, telah memberikan tekanan pada inflasi global.
Peningkatan inflasi global tersebut mendorong percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju, termasuk AS, dan negara berkembang, yang berdampak pada peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.
“Hal tersebut mendorong terbatasnya aliran modal asing dan menekan nilai tukar di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia,” jelasnya.
Lebih lanjut, Perry mengatakan, untuk perbaikan ekonomi domestik terus berlanjut dengan ditopang oleh menguatnya permintaan domestik dan kuatnya ekspor. Hal itu ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2022 yang tetap kuat di 5,01 persen secara year on year (yoy).
“Perkembangan ini terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi bangunan, dan tetap terjaganya kinerja ekspor. Seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan permintaan mitra dagang utama yang masih kuat,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh kinerja positif mayoritas lapangan usaha seperti industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta transportasi dan pergudangan.
Untuk pertumbuhan ekonomi yang positif terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dengan pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti Jawa, Sumatera, Bali-Nusa Tenggara (Balinusra), dan Kalimantan.