Pertamina Gandeng Chevron Garap Bisnis Rendah Emisi Karbon

Kerja sama Pertamina dan Chevron.
Sumber :
  • Dokumentasi Pertamina.

VIVA – PT Pertamina dan anak usaha Chevron Corporation, yakni Chevron New Ventures Pte. Ltd. (Chevron), menjalin kerja sama untuk menjajaki potensi peluang bisnis rendah karbon di Indonesia.

Konsisten Tumbuh Double Digit, Potensi Peningkatan Portofolio Green Loan BNI Terbuka Lebar

Presiden Chevron New Energies, Jeff Gustavson menjelaskan, dengan tujuan untuk melayani konsumen dalam negeri dan potensi konsumen regional, Chevron dan Pertamina berencana untuk mempertimbangkan teknologi panas bumi baru (novel geothermal), penyeimbangan karbon melalui solusi berbasis alam (carbon offsets).

Kemudian penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (carbon capture, utilization, and storage/CCUS), serta pengembangan, produksi, penyimpanan, dan transportasi hidrogen dengan rendah karbon (lower carbon hydrogen).

Capai Target Swasembada Energi, Pemerintah Dorong Kolaborasi Swasta Kembangkan Listrik Bersih di Pedesaan

"MoU ini menunjukkan komitmen Chevron dan Pertamina untuk terus mengidentifikasi peluang rendah karbon melalui kolaborasi dan kemitraan antara Chevron, perusahaan energi nasional, dan pemerintah," kata Jeff dalam keterangannya, Jumat 13 Mei 2022.

Melalui potensi kerja di Indonesia dan seluruh kawasan Asia Pasifik, Jeff berharap Chevron dapat menyediakan energi yang terjangkau, andal, dan selalu bersih. "Serta membantu industri dan konsumen yang menggunakan produk kami untuk mencapai tujuan rendah karbon mereka," ujarnya.

Toyota Hadirkan Sedan Crown Hybrid di GJAW 2024

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, kerja sama antara Chevron dan Pertamina ini merupakan bagian dari upaya kedua perusahaan untuk mendukung target net zero emission Pemerintah Indonesia pada tahun 2060. Pertamina juga berkomitmen meningkatkan bauran energi terbarukan dari 9,2 persen pada tahun 2019, menjadi 17,7 persen di tahun 2030.

"Kemitraan ini merupakan langkah strategis bagi Pertamina dan Chevron untuk saling melengkapi kekuatan masing-masing, serta mengembangkan proyek dan solusi energi rendah karbon untuk mendorong kemandirian dan ketahanan energi dalam negeri," kata Nicke.

Nicke menambahkan, melalui kerja sama dengan berbagai pihak, Pertamina juga tengah mengembangkan penerapan Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization, and Storage (CCUS), sebagai salah satu strategi perseroan mengurangi emisi karbon di dua lapangan migas yakni Gundih dan Sukowati.

"Pertamina juga sedang mengkaji komersialisasi penerapan teknologi CCUS di wilayah Sumatera," ujarnya.

Chevron.

Photo :
  • Getty Images

Diketahui, sebagai negara kedua terbesar yang memiliki kapasitas terpasang panas bumi, Indonesia telah mengembangkan geothermal sejak tahun 1974. Saat ini, melalui Subholding Power & NRE, Pertamina memiliki total kapasitas terpasang Geothermal mencapai 1.877 MW yang berasal dari 13 area kerja Geothermal.

Di mana, 672 MW berasal dari area kerja yang dioperasikan sendiri, dan 1.205 merupakan kontrak operasi bersama (joint operation contract/JOC). Area kerja yang dioperasikan sendiri dengan total kapasitas 672 MW tersebut mencakup Area Sibayak 12 MW, Area Lumut Balai 55 MW, Area Ulubelu 220 MW, Area Kamojang 235 MW, Area Karaha 30 MW, dan Area Lahendong 120 MW. 

Selain itu, Pertamina juga melakukan diversifikasi pengembangan geothermal, antara lain yang saat ini tengah berjalan sebagai pilot project adalah green hydrogen yang dikembangkan di Area Ulubelu dengan target produksi 100 kg per hari dan brines to power yang dikembangkan di Area Lahendong serta memiliki potensi kapasitas 200 MW dari beberapa area kerja lainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya