Ekonomi RI Tumbuh 5%, Sri Mulyani Sebut Ada Tantangan yang Lebih Rumit
- VIVA/Anisa Aulia/tangkapan layar.
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, ekonomi Indonesia yang tumbuh pada kuartal I-2022 ini sesuai dengan proyeksi dari Kementerian Keuangan.
Ani sapaan akrabnya mengungkapkan, kenaikan sebesar 5 persen merupakan hal yang harus disyukuri di tengah kontraksi ekonomi saat ini. Hal itu berbanding lurus dengan tantangan yang tidak mudah untuk dihadapi.
“Kalau bicara tentang pertumbuhan kuartal I yang kemarin telah disampaikan oleh Badan Pusat Statistik, kita melihat pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Ini sesuai dengan proyeksi yang di Kementerian Keuangan lakukan. Walaupun selalu ada di range-nya tapi poin estimate kita sangat mendekati,” kata Ani dari keterangan, Kamis 12 Mei 2022.
Adapun dengan tumbuhnya ekonomi nasional, tantangan yang dihadapi juga ikut bertambah. Ani menuturkan, masih memanasnya perang yang terjadi di Ukraina menimbulkan rambatan yang sangat banyak dan pelik.
“Terjadinya disruption supply dan juga dari sisi kenaikan harga-harga komoditas yang akan memunculkan tantangan yang jauh lebih rumit. Inflasi di negara-negara maju melonjak bahkan juga di atas 5,7 persen. Kalau di Amerika sudah di atas 8 persen di Eropa sudah di atas 7 persen, ini pasti akan direspons dengan pengetatan moneter,” jelasnya.
Meski begitu, Ani menjelaskan bahwa terdapat beberapa cara dalam menghadapi tantangan tersebut. Di antaranya dengan menjaga daya beli masyarakat dengan memberikan subsidi terhadap BBM dan listrik
“Harga minyak BBM dunia ini sekarang sudah di atas US$100 Brent maupun WTI itu semuanya di atas US$100 per barel, padahal asumsi APBN kita hanya di US$63. Perbedaan yang sangat besar dan ini harga minyak di Indonesia belum diubah kecuali kemarin Pertamax dilakukan adjustment,” terangnya.
Sedangkan untuk listrik, tidak terjadi perubahan harga walaupun komponen listrik dari mulai batu bara, sudah menggunakan peraturan domestic market obligation (DMO) dengan harga US$70.
“Padahal harganya sekarang sudah di atas US$200, atau kita bicara tentang yang masih menggunakan gas. Jadi biaya listriknya naik tapi harga listrik di masyarakat tidak berubah, pasti nanti harus ada yang bayar, yang bayar siapa? Lagi-lagi APBN,” ujarnya.
Adapun dengan itu, Ani berharap anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dapat menjadi suatu bantalan yang baik, tetap sustainable dan memiliki fokus utama yaitu masyarakat terlindungi, ekonominya tetap momentumnya tumbuh, namun dengan APBN yang tetap sehat.