Suku Bunga The Fed Naik, Pemerintah dan BI Diminta Perkuat Koordinasi
- Youtube Federal Reserve
VIVA – Sesuai dengan perkiraan pasar, Bank Sentral AS menaikkan suku bunga Fed Fund Rate sebesar 50 bps menjadi 1 persen, dengan mempertimbangkan tekanan inflasi yang meningkat serta kondisi di pasar tenaga kerja yang ketat.
Kenaikan suku bunga AS tersebut diharapkan tak banyak berdampak terhadap ekonomi dalam negeri Indonesia. Hal itu, dapat terlihat dari nilai tukar rupiah di pasar NDF juga cenderung stabil.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede mengatakan meski nilai tukar tak terlihat berdampak besar, namun dampaknya pada pasar keuangan domestik perlu tetap dicermati, meskipun pasar sudah mengatisipasi (priced in) keputusan Fed pada FOMC bulan ini.
Baca juga: The Fed Resmi Naikkan Suku Bunga AS 50 Basis Poin
Menurut dia, atas keputusan The Fed ini, Bank Indonesia juga akan tetap berada di pasar dalam rangka mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dengan melakukan triple intervention.
"Dalam mendukung daya tarik investasi instrumen keuangan berdenominasi Rupiah, pemerintah dan BI perlu memperkuat koordinasi dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi sedemikian sehingga akan mendukung aliran modal asing ke pasar keuangan domestik," jelas Josua kepada VIVA.
Josua mengungkapkan, kenaikan suku bunga FFR 50 bps disebabkan oleh inflasi yang meningkat, dan terindikasi dari Personal Consumtion Expenditure (PCE) Maret 2022 yang tercatat 6,6 persen yoy dan PCE Core tercatat 5,2 persen.
Kenaikan inflasi AS tersebut didorong oleh peningkatan sisi permintaan serta supply chain disruption dan dampak perang Rusia-Ukraina yang mendorong kenaikan harga komoditas global.
Sementara itu, di sisi data tenaga kerja, tingkat pengangguran AS per bulan Maret 2022 tercatat 3,6 persen, atau menjadi yang terendah dalam kurang lebih 5 dekade.
Selain menaikkan suku bunga Fed, Fed juga akan mulai mengurangi neraca keuangannnya pada Juni mendatang sebesar US$47,5 miliar per bulan (dalam 3 bulan pertama: US$30 miliar dan US$17,5 miliar dan per September mendatang akan dikurangi sebesar US$95 miliar (US$60 miliar UST dan US$35miliar MBS).
Sementara itu, meskipun Fed memberi sinyal akan kembali menaikkan suku bunganya sebesar 50 bps dalam dua FOMC meeting Juni dan Juli, namun dolar indeks yang mengindikasikan kinerja dolar AS terhadap mata uang utama justru melemah setelah rapat FOMC.
Hal itu ditengarai karena pelaku pasar memperkirakan Fed akan menaikkan suku bunga Fed sebesar 75 bps dalam beberapa rapat FOMC kedepannya.
"Sinyal kenaikan suku bunga Fed kedepannya yang relatif lebih rendah dari ekspektasi pasar, juga mendorong penguatan pasar saham AS tadi malam dan mendorong penurunan yield UST," ujarnya.