Pertalite, LPG 3 Kg, Listrik Bakal Naik, Pengamat: Inflasi Gila-gilaan
- ANTARA/Muhammad Adimaja
VIVA – Pemerintah rencananya bakal menaikkan harga BBM jenis Pertalite, LPG 3 kg, dan tarif listrik di tahun ini. Jika hal tersebut benar-benar dilakukan, maka bisa dipastikan hal itu akan sangat berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat inflasi.
Hal tersebut turut dibenarkan oleh Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, yang mengatakan bahwa jika kenaikan ketiga komponen ini benar-benar terjadi maka dampak inflasinya akan cukup signifikan dan sangat dirasakan oleh masyarakat.
"Betul, makanya pada prinsipnya saya tidak menyarankan atau tidak mendukung kenaikan ketiga hal tersebut dilakukan dalam waktu dekat ini," kata Mamit saat dihubungi VIVA, Selasa 19 April 2022.
Baca juga:Â Mudik Asyik via Jalur Pansela Bonus Objek Wisata, Apa Saja?
Menurut Mamit, beban kenaikan sejumlah harga kebutuhan bagi masyarakat nantinya akan semakin tinggi. Hal itu mengingat saat ini masyarakat tengah dihadapkan pada momentum hari raya Idul Fitri, dan tahun ajaran baru bagi anak sekolah pada bulan selanjutnya.
"Bisa dibayangkan beberapa beban yang harus ditanggung oleh masyarakat setelah sebelumnya kemarin ada kenaikan harga Pertamax dan elpiji non subsidi serta minyak goreng," ujarnya.
Karenanya, Mamit menyarankan kepada pemerintah apabila benar nantinya harga Pertalite, LPG 3 Kg, dan tarif listrik akan dinaikkan, maka setidaknya hal itu tidak dilakukan secara bersamaan.Â
"Jadi menurut saya jangan dilakukan dalam waktu dekat ini. Karena akan memberikan dampak yang sangat besar dan inflasinya akan gila-gilaan nanti," ujarnya.
Di sisi lain, Mamit memahami bahwa keputusan pemerintah menaikkan ketiga komponen tersebut memang sangat beralasan. Karena, hal tersebut merupakan mata rantai dari dampak perang Rusia-Ukraina terhadap sejumlah sektor, termasuk sektor energi secara global.
Apalagi, indikatornya adalah bahwa dengan kenaikan harga minyak dunia, maka secara otomatis ICP (Indonesian Crude Price) Indonesia juga mengalami kenaikan. Sementara di dalam asumsi APBN harga minyak mentah Indonesia dipatok di US$63 per barel, namun faktualnya saat ini ICP sudah menyentuh US$100 per barel.Â
"Jadi memang sangat besar sekali beban selisih ini. Sedangkan dalam setiap kenaikan US$1 ICP ada kenaikan juga terhadap beban kompensasi untuk pembayaran maupun untuk tarif subsidi listrik. Jadi memang sangat terpengaruh sekali," kata Mamit.
"Kalau tidak salah setiap kenaikan US$1 ICP itu berdampak terhadap beban kompensasi listrik Rp254 miliar, untuk subsidi BBM itu Rp2,4 triliun, dan untuk elpiji sekitar Rp1 triliun lebih," ujarnya.