AS Prediksi Harga Minyak Mentah Bakal Turun di Bawah US$100 pada 2023
- AP Photo/Marcio Jose Sanchez)
VIVA – Badan Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat (AS) memperkirakan dalam sebuah laporan, pada Selasa 12 April 2022, bahwa harga minyak mentah global akan turun hingga di bawah US$100 pada 2023.
Dalam Short-Term Energy Outlook April, EIA mengatakan harga minyak mentah Brent akan mencapai rata-rata US$108 per barel pada kuartal kedua 2022, US$102 per barel pada paruh kedua tahun ini, dan selanjutnya turun menjadi US$93 per barel pada 2023.
"Namun, perkiraan harga ini sangat tidak pasti," kata laporan itu, mengutip tingkat ketidakpastian yang meningkat akibat berbagai faktor termasuk krisis Ukraina.
Hari ini, Rabu 13 April 2022, minyak mentah berjangka Brent menguat 59 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di US$105,23 per barel pada pukul 00.53 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 60 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di US$101,20 per barel.
Hasil harga yang sebenarnya akan tergantung pada sejauh mana sanksi yang dikenakan terhadap Rusia, sanksi potensial di masa depan, dan tindakan korporasi independen mempengaruhi produksi minyak Rusia atau penjualan minyak Rusia di pasar global, kata laporan itu.
Selanjutnya, sejauh mana produsen minyak lain menanggapi harga minyak saat ini, serta dampak perkembangan ekonomi makro terhadap permintaan minyak global, akan menjadi penting untuk pembentukan harga minyak dalam beberapa bulan mendatang, tambah laporan itu.
Namun, peningkatan konsumsi memasuki musim panas, penurunan produksi minyak di Rusia, dan risiko pemadaman pasokan di tengah tingkat persediaan global yang rendah akan mendukung harga minyak mentah dalam beberapa bulan mendatang, laporan itu memperkirakan, menambahkan bahwa pelepasan cadangan strategis oleh Amerika Serikat akan membatasi tekanan harga ke atas.
Laporan tersebut memperkirakan persediaan minyak global akan meningkat pada tingkat rata-rata 0,5 juta barel per hari (bph) dari kuartal kedua 2022 hingga akhir 2023.
Laporan tersebut juga mengasumsikan ekonomi AS akan tumbuh 3,4 persen pada 2022 dan 3,1 persen pada 2023, menyusul pertumbuhan 5,7 persen pada 2021, mencatat berbagai potensi hasil ekonomi makro juga dapat secara signifikan mempengaruhi pasar energi selama periode perkiraan.
Menurut laporan itu, harga spot minyak mentah Brent rata-rata US$117 per barel pada Maret, naik US$20 per barel dari Februari.
Persediaan minyak komersial OECD berada di 2,61 miliar barel pada akhir Maret, naik sedikit dari Februari, yang merupakan level terendah sejak April 2014, perkiraan laporan itu. Laporan itu mengatakan 98,3 juta barel per hari minyak bumi dan bahan bakar cair dikonsumsi secara global bulan lalu, meningkat 2,4 juta barel per hari dari Maret 2021.
Konsumsi global minyak bumi dan bahan bakar cair akan rata-rata 99,8 juta barel per hari untuk semua tahun 2022, meningkat 2,4 juta barel per hari dari tahun 2021, kata laporan itu, turun 0,8 juta barel per hari dari perkiraan bulan lalu sebagai akibat dari revisi turun pertumbuhan PDB global dari Oxford Economics.
Namun, laporan tersebut memperkirakan bahwa konsumsi global minyak bumi dan bahan bakar cair akan meningkat sebesar 1,9 juta barel per hari pada tahun 2023 menjadi rata-rata 101,7 juta barel per hari.
Laporan tersebut juga memperkirakan bahwa produksi minyak Rusia akan turun 1,7 juta barel per hari dari Februari 2022 hingga akhir 2023, tetapi produksi minyak global tetap akan meningkat sebagai akibat dari produksi yang lebih tinggi di tempat lain, sebagian besar dari Amerika Serikat dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
EIA adalah lembaga statistik dan analitik di dalam Departemen Energi AS. (Ant/Antara)