Perhatikan Hal Ini agar Keuangan Tak Defisit Selama Ramadhan

Rupiah/tunjangan hari raya (THR).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Pada bulan Ramadhan ini pekerja haruslah pintar dan bijak dalam mengelola keuangannya. Sebab, akan banyak pengeluaran baik itu pengeluaran pokok maupun tambahan.

Ketua OJK Ungkap Strategi Sektor Jasa Keuangan Dukung Wujudkan Indonesia Emas 2045

Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), Mike Rini mengatakan, di bulan Ramadhan kebanyakan rumah tangga di Indonesia mengkhawatirkan pengeluaran yang kurang terkendali. Hal itu dikarenakan, walaupun makanan utama berkurang tetapi jajan khususnya takjil pengeluaran akan lebih banyak.

“Jadi ketika kita mau mengatur pengeluaran di bulan puasa adalah sebenarnya lebih kepada pengendalian, dari pengeluaran yang sifatnya ekstra. Kalau begitu berarti yang harus kita fokuskan sebenarnya pengeluaran inti,” ujar Mike saat dihubungi VIVA dikutip, Selasa 12 April 2022.

Digital Trust Global Alami Tren Penurunan, Begini Strategi OJK Jaga Optimisme di RI

Mike melanjutkan, untuk pengeluaran inti yang dimaksud lebih kepada pengeluaran biaya hidup. Dengan itu jika ingin mengatur pengeluaran saat Ramadhan, hal yang dilakukan terlebih dahulu yaitu menghitung gaji atau penghasilan per bulan.

“Dari penghasilan kita 100 persen, terlebih dahulu 10-30 persennya memang untuk menabung. Untuk cicilan 20-30 persen,” jelasnya.

OJK Sebut Ada 7 Juta Data Milik Ratusan Instansi RI Bocor di Dark Web

Adapun angka perhitungan menabung dan mencicil tersebut hanya merupakan panduan. Dari besaran angka dapat mengikuti kemampuan keuangan yang dimiliki oleh pekerja. Akan tetapi pada cicilan utang direkomendasikan tidak lebih besar dari 30 persen.

Bulan suci Ramadhan

Photo :
  • pixabay

Selain itu, menurutnya saat Ramadhan gaya hidup tidaklah berubah. Dan biasanya pekerja akan surplus tidak defisit. Tetapi, karena di bulan Ramadhan banyak acara buka bersama, dan silaturahmi dengan teman dan sanak saudara. Pembengkakan pengeluaran biasanya banyak terjadi dalam hal ini.

“Karena itu aktivitas buka puasa bersama dan silaturahmi, yang itu menjadi kontributor terbesar dari pengeluaran yang bukan prioritas sebenarnya. Maka supaya lebih terkendali kita tetap melakukan, melaksanakan tapi jangan sampai kebobolan,” terang Mike.

Mike menyarankan dalam hal ini untuk membatasi aktivitas buka bersama di luar. Kemudian juga, dilakukan pembatasan jumlah dana pengeluaran saat akan melakukan per buka bersama.

“Jadi frekuensinya diatur jumlahnya juga diatur ada batasnya,” ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya