Cara Pertamina Geothermal Energy Lestarikan Hewan Endemik

PLTP Lahendong Unit V dan VI di Minahasa, Sulawesi Utara.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA – Dalam komitmennya pada upaya-upaya menjaga kelestarian alam dan lingkungan, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Lahendong membangun tempat konservasi Yaki atau monyet hitam yang hanya ada di Sulawesi Utara. Monyet hitam dengan istilah Macaca Nigra adalah hewan endemik atau satwa yang secara alami mendiami wilayah tertentu dan tidak ditemui di wilayah lain.

Yayasan Kesehatan Bangun Ekosistem Layanan Berkelanjutan Lewat Digitalisasi

Senior Officer Government & Public Relation PT PGE Area Lahendong, Dimas Wibisoni menjelaskan, proyek penyelamatan satwa langka ini merupakan kerja sama antara pihaknya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, serta Yayasan Masarang yang merupakan yayasan pelestarian satwa langka.

"Proyek ini merupakan bagian dari Program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) PGE. Di sini kami memilih Yaki yang hanya ada di Sulawesi Utara," kata Dimas dalam keterangan tertulis, Senin 4 April 2022.

Toyota Hadirkan Sedan Crown Hybrid di GJAW 2024

Satwa Endemik, Yaki atau Monyet Hitam Sulawesi (Macaca Nigra).

Photo :
  • PGE.

Berkat kiprahnya dalam konservasi Macaca Nigra ini, PT PGE area Lahendong berhasil mendapatkan penghargaan dari Indonesia Green Awards (IGA) 2022, untuk kategori Mengembangkan Keanekaragaman Hayati melalui program "Konservasi Fauna Yaki – Rehabilitasi Spesies Macaca Nigra".

Cara Pertamina Dorong UMKM Binaan Regional Naik Kelas ke Nasional

PT PGE membangun kandang seluas 100 meter persegi di hutan Masarang, tepatnya di lahan milik Yayasan Masarang, dan membiayai operasional perawatan termasuk makanan, vitamin, dan medical check up.

Sementara Yayasan Masarang menyediakan lahan, dokter hewan, dan para penjaga (keeper). Kandang itu sendiri diketahui memiliki tinggi delapan meter, dan cukup untuk 11 ekor monyet Yaki menjalani proses habituasi.

"Di sana monyet Yaki dipantau kesehatan dan perilakunya. Kalau sudah dinyatakan siap, mereka akan dilepasliarkan di hutan," ujar Dimas.

Rencananya, proses habituasi ini akan berlangsung sekitar tiga tahun. Kalau semuanya lancar, lanjut Dimas, 11 monyet Yaki itu akan dilepasliarkan di kawasan konservasi taman wisata alam (TWA) Gunung Ambang, Modayag, Bolaang Mongondow Timur pada 2023 mendatang.

"Karakter Yaki ini hidup berkelompok. Para penyelamat satwa yakin mereka bisa bertahan di tengah hutan jika mereka sudah membentuk kelompok yang solid," kata Dimas.

"Saat ini mereka masih dalam proses pembentukan kelompok karena berasal dari berbagai lokasi, berbeda umur, dan jenis kelamin. Kelompok yang solid bisa diketahui jika sudah ada monyet jantan yang dominan (alfa male), yang akan menjadi pemimpin kelompok," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya