Tren Perdagangan Makin Membaik, Kemenkeu: Perekonomian RI Bergerak

Kepala BKF Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, perkembangan perdagangan Indonesia sangat menggembirakan, terutama dari berlanjutnya harga komoditas yang sangat tinggi dalam beberapa bulan terakhir.

Kemendag Rilis Aturan Baru soal Perdagangan Antarpulau, Pelaku Usaha Diwajibkan Lakukan Ini

Dia mengakui, hal itu tidak terlepas dari adanya keberlanjutan pada aspek pemulihan ekonomi, yang membutuhkan input dengan cepat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Tapi memang ada faktor geopolitik yang menyebabkan harga komoditas melonjak cukup tinggi. Harga CPO dan ICP kita cukup tinggi, dan banyak dari komoditas ini juga bermanfaat positif bagi perekonomian dan APBN kita," kata Febrio dalam telekonferensi, Senin 4 April 2022.

Dibuka Menghijau, IHSG Bakal Lanjutkan Penguatan Seiring Kinclongnya Bursa Asia-Pasifik

Baca juga: Kuartal I 2022 Produksi PGN SAKA WK Pangkah Tembus 122 Persen

Dalam konteks neraca perdagangan, Febrio menegaskan bahwa kondisi ini memang sangat menggembirakan. Di mana, neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2022 mencatatkan surplus US$3,83 miliar. 

Bursa Asia Tersungkur saat Pasar Saham AS Cetak Rekor Tertinggi Usai Donald Trump Umumkan Menkeunya

"Kita sudah melanjutkan tren surplus selama 22 bulan berturut-turut," ujarnya.

Selain itu, ekspor Indonesia pada Februari 2022 juga tercatat tumbuh double digit yakni 34,14 persen (yoy), sementara impor pada Februari 2022 juga menunjukkan pertumbuhan double digit yang kuat mencapai 25,43 persen (yoy). "Yang menunjukkan bahwa perekonomian kita bergerak," kata Febrio.

Dia memastikan jika capaian-capaian positif itu tidak terlepas dari adanya pelonggaran pada aspek mobilitas masyarakat, yang sebelumnya dipengaruhi oleh sejumlah restriksi akibat dari kondisi pandemi COVID-19. 

Namun, di sisi lain mobilitas itu juga mencerminkan aktivitas ekonomi masyarakat, yang juga akan mencerminkan pertumbuhan PDB di kuartal demi kuartal.

"Sehingga kalau kita lihat juga indikator yang lain, consumen sales index, konsumsi listrik, dan lain sebagainya, itu juga konsisten dengan assessment kita bahwa kuartal I-2022 ini akan sangat baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya," ujar Febrio.

Petani kelapa sawit memanen tandan buah segar kelapa sawit di tengah banjir luapan Sungai Kampar, Riau. (Foto ilustrasi)

Photo :
  • ANTARA FOTO/Hadly V

Dari sisi aktivitas usaha, Febrio mengaku melihat secara relatif keberhasilan Indonesia mengelola kondisi pandemi dengan sangat baik dibandingkan dengan banyak negara lainnya. Sehingga, aktivitas ekonomi Indonesia pun menurutnya relatif terjaga dengan baik.

Hal ini terbukti dengan aktivitas manufaktur, dimana PMI Manufaktur Indonesia pada Maret 2022 naik ke 51,3. Hal itu juga dapat dilihat dari bagaimana Indonesia masih tetap melanjutkan ekspansi, setelah beberapa bulan sebelumnya diterpa gelombang COVID-19 varian Delta.

"Dan ini cukup kompetitif dibandingkan dengan banyak negara lain, baik secara regional maupun secara global. Misalnya seperti Tiongkok dengan kebijakan zero COVID-19, di mana mereka melakukan restriksi yang cukup ketat sehingga aktivitas masyarakat dan juga usahanya terkoreksi cukup dalam," kata Febrio.

"Untuk Rusia, tentunya terkait dengan masalah geopolitik, dimana PMI Rusia jatuh ke level terendah sejak Mei 2020," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya