Pengamat Usulkan Ini Cegah Konsumen Pertamax Shifting ke Pertalite
- ANTARA/Muhammad Adimaja
VIVA – Potensi terjadinya pergeseran konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Pertamax ke Pertalite cukup tinggi saat ini. Hal itu disebabkan karena disparitas harga yang cukup tinggi pada dua jenis BBM tersebut.
Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Padjajaran, Yayan Satyakti mengatakan dengan disparitas tersebut potensi pengguna Pertamax shifting ke Pertalite cukup tinggi.
Karena itu, Yayan menyarankan ada pembatasan jumlah kuota Pertalite di daerah yang pendapatan per kapitanya tinggi.
Baca juga: Sidak SPBU Pekanbaru, Direksi Pertamina: Antrean BBM Terpantau Normal
”Misalnya Pertalite berada di wilayah perdesaan, sedangkan kawasan perkotaan semuanya Pertamax,” ujar Yayan kepada media, Minggu, 3 April 2022.
Ia melanjutkan, andaikan di perkotaan ada kendaraan yang menggunakan Pertalite, peruntukannya bagi kendaraan berpelat nomor kuning atau transportasi umum.
Dengan demikian, Pertalite tetap ada di Perkotaan tetapi, peruntukannya harus benar-benar efektif. “Kuotanya terbatas untuk transportasi publik,” ujar dia.
Sedangkan, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan potensi agar tidak ada shifting konsumsi Pertamax ke Pertalite yang disubsidi dapat dilakukan dengan melarang kendaraan pemerintah ataupun BUMN untuk mengisi BBM bersubsidi.
Selain itu, Pemerintah dan Pertamina dapat melakukan seleksi kendaraan pribadi yang mengisi Pertalite.
“Misalnya kendaraan mewah dengan kapasitas mesin ataupun merek tertentu dilarang mengisi BBM bersubsidi. Pengawasan terhadap tindak kecurangan juga perlu diperketat,” ujar Josua.
Seperti diketahui, sejak 1 April 2022 Pertamina menyesuaikan harga Pertamax menjadi Rp12.500 per liter dari sebelumnya Rp9.000. Sedangkan untuk harga Pertalite tetap Rp7.650 per liter dan meningkatkan statusnya menjadi BBM Penugasan.
Secara terpisah, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi menyatakan masih tingginya harga minyak dan memasuki bulan Ramadhan yang diikuti dengan kondisi ekonomi yang berangsur pulih dapat mendorong peningkatan konsumsi BBM.
Pemerintah bersama Pertamina memastikan agar pasokan BBM tersedia, khususnya BBM yang paling banyak dikonsumsi masyarakat termasuk Pertalite. Demikian halnya BBM solar akan ditingkatkan pasokannya dan menjaga stok agar diatas 20 hari.
"Pemerintah menjamin tersedianya BBM dan melakukan koordinasi dengan badan usaha dalam hal ini Pertamina. Pertamina telah melakukan pengecekan langsung ke lapangan demi terjaminnya ketersediaan BBM serta mengantisipasi peningkatan kebutuhan khususnya di bulan Ramadhan ini," ujar Agung dalam siaran persnya.
Sementara itu, Pertamina telah membentuk satgas RAFi (Ramadhan & Idul Fitri). Pertamina juga menyiapkan berbagai layanan tambahan berupa SPBU Siaga, mobil tangki siaga, motorist, SPBU Kantong dan rest area yang dilengkapi fasilitas kesehatan bagi para pemudik di beberapa titik jalur mudik.