Laba Bersih Siloam Meroket Lebih dari 4 Kali Lipat pada 2021
- VIVA/Nur Faishal
VIVA – PT Siloam International Hospital Tbk (SILO)  mencatat pendapatan sebesar Rp7,64 triliun pada 2021. Jumlah itu meningkat 33 persen dibandingkan dengan tahun 2020.Â
EBITDA pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp1,96 triliun, atau meningkat 64 persen dibandingkan dengan tahun 2020. Margin EBITDA untuk tahun 2021 adalah 26 persen, meningkat dari 22 persen pada 2020.
Presiden Direktur Siloam Darjoto Setyawan mengungkapkan, Laba Bersih Siloam pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp700 miliar. Nilai tersebut meningkat 459 persen dibandingkan dengan tahun 2020.Â
Margin laba bersih untuk tahun 2021 adalah 9 persen, meningkat dari 2 persen pada tahun 2020. Sementara itu, arus kas bebas tercatat sebesar Rp1,45 triliun tahun 2021, dan di akhir periode 2021, posisi kas bersih Siloam berada di angka Rp1,91 triliun.
Sedangkan, pendapatan dari Pemerintah untuk reimbursement perawatan COVID berkontribusi kurang dari 1 persen dari total pendapatan di kuartal IV-2021. Kinerja finansial dan posisi kas bersih Siloam yang kuat memberikan peluang besar untuk pertumbuhan dan investasi berkelanjutan dalam bisnis Perseroan.
"Kami senang bahwa dampak COVID terhadap ekonomi, sosial dan kesehatan di Indonesia terus menurun dan kami sedang bertransisi menuju lingkungan operasional yang bebas dari COVID," ujar Darjoto di Jakarta, dikutip dari keterangannya, Jumat, 1 April 2022.Â
Lebih lanjut dia menjelaskan, Siloam mencatat pendapatan, EBITDA dan laba bersih tertinggi dalam sejarah perusahaan pada periode kuartal IV 2021. Pendapatan Siloam tercatat sebesar Rp1,75 triliun pada periode itu meningkat sebesar 20 persen dari Rp1,46 triliun pada periode yang sama 2019 sebelum COVID.Â
EBITDA dan Laba Bersih Siloam pada periode itu bertumbuh masing-masing sebesar 19 persen dan 287 persen dibandingkan dengan kuartal IV-2019. Siloam mencatat pertumbuhan base case (non-COVID) tertinggi pada bulan November dan Desember 2021 dan pencapaian ini telah dilampaui pada bulan Januari tahun 2022.Â
"Walaupun hampir tidak ada pendapatan dari kasus COVID, pendapatan pada 4Q2021 berhasil melampaui 4Q2020, yang sangat terdampak oleh COVID," ungkapnya.
Lebih lanjut menurutnya, selama beberapa tahun terakhir, Siloam telah melakukan berbagai inisiatif untuk mengurangi biaya material dan telah membuahkan hasil saat ini. Inisiatif ini termasuk mengurangi jumlah supplier obat dan barang konsumsi serta pemusatan sistem procurement.Â
Di tahun 2021, inisiatif ini berhasil mengurangi biaya material sebesar Rp94 miliar rupiah. "Untuk mengendalikan beban operasional, kami telah mengevaluasi kebutuhan staff non-medis di seluruh rumah sakit kami untuk mengoptimalkan jumlah staff," tambahnya.
"Secara keseluruhan, program pengendalian biaya kami telah berjalan dengan baik dan semenjak bulan Juli tahun 2021, kami melihan penurunan beban material dan beban operasional dalam presentasi terhadap pendapatan base case," ungkapnya.
Pada Januari 2022, kasus COVID tercatat sangat rendah, 7 dari 13 rumah sakit ini telah mencapai EBITDA positif. Sementara itu, 6 rumah sakit lainnya berada di jalan yang tepat untuk mencapai profitabilitas, dengan hanya 1 di antaranya yang mencatat kerugian di atas Rp1 miliar.
Sementara itu, pasien yang menggunakan layanan digital berkontribusi sebesar 6 terhadap total volume pada Januari tahun 2021 dan pada bulan Januari 2022, kontribusi ini meningkat menjadi 15 persen.Â
Kota Jakarta sendiri berkontribusi sebesar 25 persen dari pasien yang menggunakan layanan digital. Pencapaian ini akan terus meningkat dan akan memengaruhi bisnis dalam pertumbuhan volume pasien.
"Layanan medical check-up yang didapatkan dari sarana aplikasi digital bertumbuh sebesar 546 persen pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020. Pertumbuhan ini akan terus meningkat pada tahun 2022," tegasnya.