Stok Kebutuhan Pokok Selama Ramadhan di Sumut Dijamin Aman
- VIVA/ B.S Putra
VIVA – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) memastikan pasokan dan stok bahan pokok di wilayah tersebut selama memasuki bulan suci Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah/2022, aman.
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultura (TPH) Sumut, stok beras dalam keadaan surplus, diperkiraan jumlah produksi periode Januari-Maret sebanyak 688.213 ton. Sementara konsumsi dan kebutuhan 483.261 ton.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas TPH, Bahruddin Siregar mengatakan dengan jumlah tersebut, beras di Sumut dalam keadaan surplus mencapai 204.952 ton. Begitu juga jagung, cabai rawit, cabai merah, mengalami surplus.Â
Namun, ia menjelaskan, ada beberapa stok komoditas yang defisit seperti bawang putih, dan kedelai. Tapi, Pemprov Sumut akan memenuhi pasokan dengan cara meminta pengiriman dari provinsi lain.
"Produksi jagung 1,6 juta, kebutuhan 1,5 juta artinya surplus 54.860 ton. Untuk cabai besar produksi 204.361 ton, kebutuhan 156.076 ton, ada surplus 48.285 ton," ucap Bahruddin dalam jumpa pers di Kantor Gubernur Sumut, Kamis 31 Maret 2022.
Bahruddin menjelaskan, berdasarkan peninjauan yang dilakukan ke sejumlah pasar memang harga cabai mengalami kenaikan. Akan tetapi, harga itu masih dalam batas wajar.
"Semalam kita turun ke lapangan, harga cabai Rp45.000/kilogram, itu di teras atau bagian depan pintu masuk pasar. Di dalam berbeda Rp32.000/kilogram, padahal sama-sama cabai gunung. Itu satu tempat di Pasar Sentral," kata Baharuddin.
Dengan begitu, Bahruddin memprediksi, harga cabai akan kembali naik satu hari jelang bulan suci Ramadhan. Ia menyebutkan, pihaknya juga akan berusaha mengendalikan harga tersebut.
"Di Jumat besok (mungkin) ada kenaikan, tapi jangan sampai (di atas) Rp50.000/kilogram," jelas Baharuddin.
Sementara itu, Pemprov Sumut juga menurunkan tim pengawasan stok sembako di 12 titik pasar tradisional yang ada di Kota Medan. Sehingga tidak ada kecurangan yang merugikan masyarakat. Hal tersebut, sesuai dengan perintah dan instruksi dari Gubernur Edy Rahmayadi.
Kepala Disperindag Sumut, Aspan Sofyan mengungkapkan hingga ini hasilnya masih berjalan normal dan masih sesuai harga baik dari produsen, distributor, pedagang dan pengecer hingga sampai konsumen.
"Kita telah mengambil langkah awal melakukan pemantauan setiap hari dan sudah kita mulai dari kemarin dan masih berjalan normal. Ada 12 pasar tradisional yang kita awasi dari 29 pasar yang juga nantinya akan menyusul kita turunkan tim," kata Aspan.
Diharapkan kedepan pengawasan ini masih bisa terus bertahan sehingga kebutuhan masyarakat dan ketersedian minyak goreng curah ini bisa terpenuhi. Tentunya ini sesuai dengan arahan gubernur apabila tidak sesuai HET dan tidak sesuai dengan ketentuan berlaku akan ada tindakan-tindakan.Â
"Memang masih ada yang kita jumpai tidak sesuai HET tapi itu masih di batas nilai-nilai ekonomian tidak melampaui harga yang tinggi masih bisa dijangkau oleh masyarakat. Kalau sudah di atas Rp18.000 tentu sudah tidak layak dan tidak bagus lagi harganya. Karena harga HET minyak goreng curah ini per kg itu adalah Rp15.500 atau Rp14.000 per liter," jelasnya.
Sementara itu, Kabid PDN Disperindag Sumut, Barita Sihite mengatakan untuk menyikapi perintah gubernur pihaknya sudah memiliki update harga. Bahkan saat ini pihaknya juga tengah menggodok pengawasan ini bersama pemerintah Kota Medan. Bila Kota Medan bisa memberikan role model maka ini akan diterapkan di kabupaten/kota lainnya.
"Ada kerja sama dengan BUMN, PPI, RNI dan PD Pasar Kota Medan dan ini lagi dibahas. Mudah-mudahan ini akan selesai. Konsepnya karena pasar tradisional ini berlokasi di Kota Medan maka kita harus ikut pada yang punya rumah dan ini masih kita godok. Harapan kita nantinya, apa yang diharapkan pak gubernur bisa terpenuhi dimana masyarakat yang menghadapi Ramadhan ini bisa lebih tenang," jelas Barita.