Kurang Optimalkan Laut, RI Kehilangan Potensi 133 Triliun Dolar AS
- ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
VIVA – Potensi maritim Indonesia sangat besar jika dimanfaatkan secara optimal. Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinasi Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Basilio Dias Araujo menyebut potensi ekonomi maritim potensial bisa menembus triliunan dolar Amerika Serikat.
Basilio mengatakan demikian karena merujuk berbagai potensi di sejumlah sektor seperti perikanan, aqua culture, fish processing, technology, mine sector, marine tourism, mangrove, dan lain sebagainya.
"Jadi, potensinya sangat besar dan memang pemanfaatan kita yang masih kurang," kata Basilio dalam telekonferensi di webinar Indonesia Maritime Club, 'Kedaulatan Maritim Indonesia: Ekonomi dan Pertahanan Negara', Sabtu 26 Maret 2022.
Dia berharap, mudah-mudahan dengan teknologi yang terus berkembang ke depannya bisa mendongkrak kemampuan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Dengan demikian nanti bisa dimanfaatkan potensi tersebut.
Menurutnya, nanti diharapkan berimbas positif terhadap sektor bioteknologi. Sebab, aspek bioteknologi di tengah laut memang diperlukan guna memanfaatkan beragam potensi yang ada tersebut. "Tapi memang kita masih kurang dalam hal sumber dayanya," ujarnya.
Maka itu, Basilio tak mengelak jika kemampuan Indonesia dalam mengelola aspek kemaritiman dinilai masih kecil. Hal itu dapat dilihat dari kapal-kapal besar milik Indonesia yang belum terlalu banyak jumlahnya.Â
"Sehingga nilai ekspor Indonesia, khususnya dari sektor maritim itu juga tidak sebagus negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Vietnam, dan lain sebagainya," kata Basilio.
Pun, ia menambahkan hal lain yang perlu dicermati Kemenko Marves adalah posisi kemaritiman Indonesia yang strategis. Sebab, Indonesia memiliki Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok.Â
Dia menjelaskan posisi Selat Malaka mulai dari Sabang itu, setiap harinya bisa dilalui sekitar 400-an kapal internasional.
"Dan totalnya bisa mencapai sekitar 130 ribu kapal asing yang lewat Selat Malaka. Tapi, itu hanya lewat saja dan tidak ada yang mampir di pelabuhan-pelabuhan kita," ujar Basilio.
Hal itu juga terjadi di Selat Sunda, di mana total kapal yang lewat itu bisa mencapai 53 ribu. Tetapi, tidak banyak dari kapal-kapal asing itu yang masuk ke pelabuhan-pelabuhan Indonesia yang berada di sekitar Selat Sunda.
"Demikian pula yang terjadi di Selat Lombok. Jadi kami di Kemenko Maritim juga telah melihat bahwa ada potential loss lebih dari 133 triliun dolar AS. Misalnya kita ambil contoh di mana kita tidak bisa mengisi bensin atau solar bagi kapal-kapal asing yang lewat wilayah kita," ujarnya.