Bos PLN Beberkan Tahapan Transisi Energi PLN ke EBT

Dirut PLN Darmawan Prasodjo.
Sumber :
  • M Yudha P/VIVA.co.id

VIVA – Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo mengatakan, transisi energi merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh berbagai pihak termasuk PLN. Hal itu untuk menghadirkan ruang hidup yang lebih baik bagi generasi di masa yang akan datang. 

Strategi PLN Jadi Pusat Ekosistem Startup Energi Indonesia

"Visi kita ke depan bukan hanya menghadirkan listrik yang andal bagi masyarakat, tapi juga fokus menyalurkan energi hijau yang ramah lingkungan. Kita harus mewariskan kepada generasi mendatang ruang hidup yang sehat dan hijau," kata Darmawan dalam telekonferensi, Kamis, 24 Maret 2022.

Karenanya, Darmawan pun memastikan bahwa PLN telah memetakan seluruh peluang yang ada, agar dapat dimanfaatkan untuk mendukung pencapaian net zero emission (NZE) bagi Indonesia di tahun 2060. Salah satunya yakni melalui pengembangan pembangkit EBT, sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. 

Tantangan serta Peluang Baterai dan Hidrogen dalam Transisi Energi

Dalam RUPTL Hijau ini, Darmawan menegaskan bahwa fokus pihaknya adalah mengimplementasikan porsi pembangkit listrik berbasis EBT pada 2030 dengan target mencapai 29 Gigawatt (GW). Untuk mencapainya, PLN bakal menambah pembangkit EBT baru hingga 20,9 GW sekaligus mendukung industri di Kawasan Industri Hijau melalui pembangkit EBT. 

"Pada 2021, kami sudah membangun pembangkit EBT sebesar 623 Megawatt (MW) yang mayoritas adalah pembangkit listrik tenaga air (PLTA),” ujarnya.

Adu Rancang Bangun Gokart Listrik antar Perguruan Tinggi Langsung Digeber di Sentul

Menurut Darmawan, tahun ini PLN akan menambah kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 228 MW, dan akan ada PLTP yang beroperasi sebesar 45 MW. Sedangkan PLTA dan PLTM akan bertambah sebesar 178 MW, dan pembangkit listrik tenaga bioenergi yakni sebesar 5 MW. 

Petugas PLN.

Photo :
  • Dokumentasi PLN.

Tak hanya menggencarkan pembangunan pembangkit EBT, lanjut Darmawan, PLN juga secara paralel menjalankan skenario mempensiunkan lebih awal (early retirement) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara bertahap hingga 2056 mendatang. 

Tahap pertama, hingga 2030, PLN akan mengurangi 5,5 GW PLTU. Pada tahap kedua, PLN akan mempensiunkan PLTU subcritical sebesar 10 GW pada 2040. Sedangkan pada 2050, PLN mengakhiri PLTU subcritical sebesar 18 GW dan supercritical 7 GW. 

"Tahap terakhir, pada tahun 2055, PLTU ultra-supercritical 10 GW dipensiunkan. PLN mengganti PLTU dengan pembangkit EBT, dan angka ini akan berkontribusi pada pengurangan emisi total sebesar 53 juta ton CO2," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya