Dampak Invasi Rusia-Ukraina, Aliran Modal Asing Keluar dari Indonesia

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Sumber :
  • Tangkapan layar Anisa Aulia/ VIVA.

VIVA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa akibat dari ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, menyebabkan banyak investor global menarik aliran modalnya dari Indonesia.

Dampingi Prabowo Bertemu PM Trudeau, Menko Airlangga: Perjanjian ICA CEPA Tingkatkan Perdagangan dan Dorong Perekonomian

Adapun yang menyebabkan para investor menarik aliran modalnya adalah, untuk dimasukkan pada aset berisiko rendah. Di mana dari hal tersebut akan berdampak terhadap stabilitas eksternal dan nilai tukar.

“Sekarang banyak investor global kembali untuk memegang aset-aset yang tentu saja berisiko rendah. dan tentu saja termasuk cash. Dan mereka juga menarik aliran modalnya ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia,” jelas Perry dari telekonferensi, Senin, 21 Maret 2022.

Dihadiri Prabowo, Ini Dampak APEC Bagi Perekonomian RI

Selain itu, akibat dari geopolitik itu juga harga komoditas global seperti energi dan pangan juga terdampak. Hal tersebut dapat dilihat dari kenaikan inflasi di berbagai negara. Sebagai negara eksportir Indonesia juga terkena dampaknya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia
Wakil Menlu RI Serukan Dunia Hentikan Kegiatan Ekonomi dengan Israel

“Tentu saja bagi kita yang negara eksportir komoditas ada dampak positifnya, tapi ada dampak negatifnya. Bagaimana harga komoditas global kemungkinan juga berdampak kepada harga-harga di dalam negeri,” terangnya.

Kemudian, gangguan juga terdapat pada mata rantai perdagangan global. Di antaranya gangguan pada distribusi pasokan dan volume perdagangan global.

“Dan tentu saja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi global yang kemungkinan berisiko lebih rendah dari yang diperkirakan 4,4 persen. Karena menurunnya volume perdagangan global,” imbuh Perry.

Selain itu juga, dampak dari geopolitik tersebut juga berpengaruh terhadap banyak negara. Di mana banyak negara harus mengkalibrasi ulang kebijakan-kebijakan dalam merespons penurunan pertumbuhan ekonomi  global.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya