YLKI: 61 Persen AMDK di Jabodetabek Diangkut dengan Kendaraan Terbuka

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menjelaskan, pihaknya telah melakukan survei untuk mengawasi aspek post-market control pada distribusi produk air minum dalam kemasan (AMDK). Khususnya yang dipasarkan di wilayah Jabodetabek.

Diskon Listrik 50 Persen Awal 2025, YLKI: Dorong Daya Beli Masyarakat

Dia menjelaskan, dalam temuan survei tersebut, dimana secara umum berfokus pada proses distribusi AMDK sebagai parameter terkait baik buruknya produk tersebut untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

"Misalnya dari proses pengangkutan yang kita monitor, ada yang menggunakan truk besar, mobil sedang, motor, dan juga ada yang menggunakan becak," kata Tulus dalam telekonferensi, Jumat 18 Maret 2022.

Tolak PPN Naik Jadi 12 Persen, YLKI Beberkan Ketidakadilan dalam Pemungutan Pajak

Air minum dalam kemasan

Photo :
  • Wikimediacommons

Dari survei tersebut, Tulus mengaku menemukan data yang menunjukkan bahwa dari proses pengangkutan itu, sekitar 61 persen AMDK diangkut menggunakan truk atau mobil yang terbuka atau yang tidak tertutup secara permanen, maupun yang hanya menggunakan terpal penutup.

Migrasi BPA di Galon Guna Ulang Sangat Kecil, BRIN: Kalau Cuma Terjemur Sinar Matahari Masih Aman

Oleh karena itu, ketika 61 persen AMDK diangkut menggunakan angkutan terbuka, berarti dalam proses perjalanan dari pabrikan menuju distribusi ke agen supermarket atau lain sebagainya, produk tersebut berpotensi besar kepanasan dan terkena sinar matahari langsung.

"Karena melewati jalan tol dan lain sebagainya, (produk AMDK itu) terkena debu atau bahkan kehujanan," ujarnya.

Tulus menekankan, hal itulah yang membuat aspek distribusi juga tidak kalah pentingnya dalam aspek perlindungan kepada konsumen. Karena, lanjut Tulus bisa saja dari pabrikan AMDK itu dalam kondisi baik dan memenuhi standar, tapi ketika di jalan tidak diperlakukan dengan baik kemudian menjadi tercemar.

"Misalnya kandungan BPA dari AMDK tersebut bisa meningkat, juga bijih-bijih plastik yang lain yang tidak direkomendasikan juga bisa meningkat, sehingga potensinya menjadi lebih besar untuk keterpaparan konsumen," kata Tulus.

"Jadi proses distribusi memegang peranan penting agar produk AMDK yang tadinya memenuhi standar, tetap terjaga standarnya sampai ke tangan konsumen," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya