BPS Ungkap Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Neraca Perdagangan RI
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono melaporkan dampak dari adanya perang antara Rusia-Ukraina, pada neraca perdagangan Indonesia. Margo menjelaskan, jika dilihat dari data tahun 2021, neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia tercatat masih mengalami surplus sebesar US$239,8 juta.
"Tapi kalau kita lihat pada Januari-Februari 2022 ini, pada perdagangan Indonesia dengan Rusia, kita defisit sebesar US$15 juta," kata Margo dalam telekonferensi, Selasa 15 Maret 2022.
Dia menambahkan, jika dilihat ekspor Indonesia ke Rusia pada tahun 2021, tercatat hanya sebesar 0,65 persen terhadap seluruh total ekspor Indonesia. "Dan impor kita dari Rusia juga kecil, yakni hanya 0,64 persen terhadap total impor Indonesia," ujarnya.
Namun pada bulan Januari-Februari 2022 ini, ekspor Indonesia ke Rusia hanya sebesar 0,84 persen dan impor Indonesia dari Rusia mencapai hingga 1 persen.
Kemudian dengan Ukraina, neraca perdagangan Indonesia juga tercatat mengalami defisit selama tahun 2021, yakni sebesar US$623,9 juta. Lalu pada Januari-Februari 2022 ini, neraca perdagangan Indonesia dengan Ukraina kembali mengalami defisit sebesar US$6,9 juta.
"Kalau kita lihat, bagaimana share ekspor kita ke Ukraina hanya 0,18 persen, dan impor kita dari Ukraina hanya 0,53 persen," kata Margo.
Secara kumulatif, total ekspor Indonesia ke Ukraina hanya 0,07 persen, dan share impornya terhadap total impor Indonesia hanya 0,10 persen. Sehingga secara keseluruhan, share ekspor maupun impor antara Indonesia dengan Rusia-Ukraina sebenarnya memang tidak terlalu besar.
Sementara, komoditas ekspor yang dominan dari Indonesia ke Rusia selama tahun 2021 adalah berupa lemak minyak hewan nabati, yang mencapai US$833,6 juta. Selanjutnya adalah karet dan barang dari karet sebesar US$99,4 juta, diikuti mesin dan peralatan listrik yakni sebesar US$89,4 juta.
Pada Januari-Februari 2022, ekspor utama Indonesia ke Rusia masih sama seperti tahun 2021, yakni lemak minyak hewan nabati yang tercatat sebesar US$204,4 juta. Kemudian diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar US$21,8 juta, serta mesin dan peralatan mekanis sebesar US$16,5 juta. "Demikian juga impor kita dari Rusia di 2021, utamanya yakni berupa besi dan baja senilai US$447,0 juta, diikuti pupuk US$326,1 juta, dan bahan bakar kinerja US$233,4 juta," ujar Margo.
Kemudian di periode Januari-Februari 2022, komposisi impornya masih sama dengan tahun 2021 yakni besi dan baja senilai US$135 juta, pupuk sebesar US$95,6 juta, dan bahan bakar mineral sebesar US$63,9 juta.
Sementara dengan Ukraina, ekspor utama Indonesia utamanya berupa lemak minyak hewan nabati yang pada tahun 2021 sebesar US$368,7 juta, kemudian kertas atau karton sebesar US$5,6 juta, dan alas kaki sebesar US$5,1 juta. Pada Januari-Februari 2022, ekspor Indonesia ke Ukraina komposisinya kurang lebih sama, yakni lemak dan minyak hewan nabati sebesar US$20,5 juta, kemudian kertas atau karton sebesar US$1,4 juta, dan alas kaki sebesar US$1,1 juta.
Sedangkan impor dari Ukraina selama 2021 terbesarnya adalah Serelia sebesar US$946,5 juta, kemudian besi dan baja sebesar US$53,5 juta, dan mesin dan peralatan mekanis sebesar US$10,9 juta.
"Pada Januari-Februari 2022 ini, komposisinya juga masih sama yakni Serealia sebesar US$15,7 juta, besi dan baja sebesar US$15 juta, dan mesin dan peralatan mekanis sebesar US$0,2 juta," ujarnya.