Putin Perintahkan Ini Hadapi Sanksi Ekonomi Global ke Rusia

Presiden Rusia, Vladimir Putin
Sumber :
  • Washington Times

VIVA – Presiden Vladimir Putin secara tegas memerintahkan larangan pinjaman valuta asing dan transfer oleh warga Rusia ke luar negeri. Hal itu adalah respons balasan ekonomi yang dikenakan Amerika Serikat- Uni Eropa dan para negara sekutunya guna menghentikan invasi Rusia ke Ukraina.

Rudal Storm Shadow Hantam Kursk, Jenderal Rusia Mati di Ruang Bawah Tanah

Bahkan, Putin menandatangani undang-undang yang memerintahkan seluruh perusahaan pengekspor untuk menjual 80 persen dari pendapatan devisa mulai hari ini, yang mereka yang dibuat sejak 1 Januari di pasar.  Demikian diumumkan secara resmi oleh Kremlin pada Senin, 1 Maret 2022.

Larangan itu dilakukan Moskow setelah Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan, bahwa Inggris akan mengunci Sberbank Rusia dari kliring sterling dan menjatuhkan sanksi pada tiga bank lain. Selain itu, akan ada pembekuan aset penuh pada pemberi pinjaman Rusia dalam beberapa hari ke depan.

Eks Panglima Tempur Ukraina: Perang Dunia III Telah Dimulai!

Pemerintah Inggris juga meminta warganya untuk tidak melakukan semua perjalanan ke Rusia dan memerintahkan otoritas pelabuhan di negara itu untuk melarang kapal apa pun milik Rusia guna meningkatkan tekanan terhadap Moskow.

Akibat hal tersebut, mata uang Rubel Rusia jatuh tajam pada perdagangan Senin pagi. Bank Sentral Rusia menaikkan lebih dari dua kali lipat suku bunga utamanya menjadi 20 persen, sebagai langkah darurat setelah Barat memberlakukan sanksi ekonomi lebih lanjut selama akhir pekan lalu.

Puluhan Tewas, Rusia Bom Kota Timur Ukraina dengan Rudal Balistik Antarbenua

Mata uang rubel

Photo :
  • BBC News

Sanksi Barat ini berpotensi menghancurkan stabilitas keuangan negara itu. Termasuk, keputusan Barat untuk membekukan cadangan mata uang utama Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Katya, warga Kota Moskow, mengatakan kepada The Independent, bahwa Kartu bank Rusia yang dimilikinya tidak berfungsi lagi. 

"Saya juga ingin menukar rubel yang saya miliki dengan uang tunai, tetapi nilai tukarnya sangat buruk sehingga tidak ada gunanya”, kata Katya seperti dikutip Reuters. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya