RI Kebanyakan PLTU, Jokowi: Geser Batu Bara ke EBT Tidak Mudah

Presiden Jokowi.
Sumber :
  • Biro Pres dan Media Istana Kepresidenan.

VIVA – Presiden Joko Widodo meresmikan dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di wilayah Poso, Sulawesi Tengah dan Toraja, Sulawesi Selatan pada Jumat, 25 Februari 2022.  Dia pun mengaku senang dengan beroperasinya pembangkit listrik energi terbarukan itu..

Anak Usaha Grup Sinarmas Tebar Dividen Interim, Setiap Saham Dihargai Rp243

“Saya sangat senang sekali, karena kita semuanya akan meresmikan sebuah pembangkit listrik tenaga air yang itu adalah energi hijau atau EBT (energi baru terbarukan),” kata Jokowi.

Menurut dia, sekarang dunia global mendesak dan mengajak kepada semua negara untuk menggeser pemakaian energi fosil, utamanya batu bara untuk masuk ke energi hijau. Bahkan, target Indonesia dapat mengurangi emisi hingga 23 persen pada 2025, lalu 29 persen pada 2030, dan emisi 0 pada tahun 2060.

BSILHK Ajak Ratusan Siswa Belajar tentang Industri Susu, Lingkungan, dan Konservasi Air

“Itu harus semuanya kita dapatkan. Target-target seperti ini yang tidak mudah dikejar, karena memang antara pertumbuhan, permintaan dan pertumbuhan listrik harus terus diseimbangkan jangan sampai ada kelebihan,” ujarnya.

Kepala Negara ini menambahkan Indonesia memiliki potensi 418 gigawatt energi hijau. Yang bersumber dari tenaga surya, angin, hingga panas permukaan laut. Sehingga, pihaknya optimistis bisa mencapai target tersebut.

Analisis Pengamat soal Penyebab Utama PDIP Usung Andika-Hendi Kalah di Jateng

Namun kata dia, yang menjadi kendala ini sudah terlalu banyak dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang mengandalkan batu-bara. "Jadi bagaimana kita bisa menggeser dari coal atau batu bara ke energi hijau, ini bukan pekerjaan mudah," jelas dia.

Untuk di Poso, PLTA dibangun oleh PT Poso Energy dengan kapasitas 515 Megawatt. Di Toraja, Sulawesi Selatan, PLTA dibangun oleh PT Malea Energy dengan kapasitas 90 Megawatt.

Pembuatan PLTA Poso dikerjakan oleh Kalla Group dan Poso Energy di bawah pengawasan PLN Unit Induk Pembangkit (UIP) Sulawesi. Pembangkit PLTA Poso 515 MW digunakan sebagai pembangkit peaker karena pembangkit ini berjalan saat permintaan listrik sedang tinggi.

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Photo :
  • VIVA.co.id/FIkri Halim

Peran PLTA Poso sebagai pembangkit peaker didukung oleh beberapa faktor. Antara lain live storage cukup besar yaitu Danau Poso, regulating dam yang bisa mengatur debit keluaran tampungan. Serta, mampu beroperasi dengan kapasitas penuh pada jam puncak sepanjang tahun.

Dengan kemampuan tersebut, PLTA Poso Energy memiliki peranan sangat penting, karena banyaknya industri smelter yang masuk ke Sulawesi, khususnya di Sulawesi Tengah. Pengoperasian secara penuh PLTA Poso Peaker khususnya PLTA Poso dapat digunakan untuk mendukung evakuasi daya dapat disalurkan ke industri-industri smelter .

Sedangkan PLTA Malea terletak di aliran sungai Saddang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. PLTA ini menggunakan sistem pengambilan air run off river. Dengan bangunan utama berupa area pengambilan (intake area), area saluran penghantar (waterway), area tangki peredam (surge tank), dan area gedung pembangkit (power house).

Dengan beroperasinya PLTA Malea ini, maka bauran EBT di sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) meningkat dari 29,46 persen atau setara 651 MW, menjadi 33,5 persen atau 740 MW.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya