Cegah Bahaya Banjir, IKN Nusantara Bakal Terapkan Konsep Kota Spons
- VIVAnews/Fikri Halim
VIVA – Pembangunan Ibu Kota Negata baru di Kalimantan akan mengusung Konsep dan elemen kota spons yang diterapkan secara luas di IKN. Konsep ini untuk mengembalikan siklus alami air yang berubah karena pembangunan.
Penerapan konsep ini akan memberikan manfaat pemanenan air untuk tambahan ketersediaan air dan pengurangan bahaya banjir, manfaat pemurnian air dan pelestarian ekologi, efisiensi sistem sumber daya, serta manfaat rekreasi bagi masyarakat.
Dalam lampiran II UU IKN, menyebutkan bahwa Kota spons mengacu pada kota yang berperan seperti spons yang mampu menahan air hujan agar tidak langsung melimpas ke saluran-saluran drainase dan yang mampu meningkatkan peresapan ke dalam tanah sehingga bahaya banjir dapat berkurang serta kualitas dan kuantitas air dapat meningkat melalui penyaringan tanah dan penyimpanan dalam tanah (akuifer).
Baca juga: Minyak Goreng Langka, Ganjar Minta Pemerintah Pusat Bertindak Tegas
Implementasi kota spons dilakukan dengan menggunakan tiga prinsip. Yang pertama yakni mengurangi limpasan permukaan. Kedua, memaksimalkan Peresapan Air hujan dan ketiga Pemanenan Air Hujan.
Konsep pengendalian air ini sebenarnya sudah diterapkan di Jakarta. Sejumlah wilayah di DKI, salah satunya yakni di Jakarta Timur, telah membangun rain garden dan bioswale di atas ruang terbuka hijau (RTH) untuk mengatasi banjir di musim hujan.
Rain garden adalah taman dengan vegetasi yang didesain untuk mengumpulkan limpasan air hujan. Sedangkan Bioswale merupakan saluran vegetasi untuk mengendalikan limpasan air hujan berbentuk linear atau memanjang.
Pemerhati Tata Kota, Elisa Sutanudjaja mengatakan, bahwa konsep peresapan air yang digunakan di Ibu Kota Baru ini telah digunakan di Jakarta. Dalam aturan tersebut, Pemerintah menggunakan istilah lain namun memiliki arti yang sama.
"Kalau tweeps mau tahu seperti apa bioswale dan rain garden dan segala jargon-jargon di skrisot itu, ada contohnya di Jakarta," ujar Elisa.