Mendag Beberkan Penyebab Harga Kedelai Naik dan Cara Mengatasinya
- VIVA/Putra Nasution (Medan)
VIVA – Kenaikan harga kedelai berimbas pada aksi protes hingga berujung pemogokan dari para produsen tahu tempe di sejumlah daerah. Menanggapi hal ini, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi pun angkat komentar terkait aksi protes dari para produsen tahu tempe itu.
Lutfi menjabarkan jika tak semua produsen tahu dan tempe melakukan aksi mogok produksi. Masih ada produsen lain yang tetap memproduksi tahu dan tempe di tengah naiknya harga kedelai.
"Mereka juga masih ramai gitu ya. Tidak semuanya setuju (mogok produksi). Jadi antara asosiasi antar daerah lain berbeda-beda," kata Lutfi di Hotel Royal Ambarukmo, Kabupaten Sleman, DIY, Selasa 22 Februari 2022.
Baca juga: Pengeroyok Ketua DPP KNPI Haris Pertama Debt Collector, Ini Perannya
Lutfi membeberkan naiknya harga kedelai ini disebabkan karena di pasar internasional harga kedelai juga mengalami kenaikan. Satu gantang atau 1 kilogram lebih kedelai impor kini seharga setara Rp11.500 di level perajin.
Meski demikian, Lutfi merinci kenaikan harga kedelai pernah lebih tinggi dari saat ini yaitu pada Mei 2021 lalu. Saat itu, harga sekilogram kedelai bahkan menembus angka Rp12 ribu.
“Jadi apa yang kita kerjakan adalah menjembatani antara perajin dan penjual tahu tempe di pasar. Intinya kita ingin memberikan harga acuan harga tahu tempe di pasar agar tidak memberatkan semua pihak,” tutur Lutfi.
"Ini akan segera kita keluarkan. Mudah-mudahan kebuntuan daripada ini bisa bisa diselesaikan. Karena harga kedelai ini adalah harga internasional yang dikaitkan dengan komoditas yang tinggi di internasional," imbuh Lutfi.
Lutfi menambahkan saat ini stok kedelai di Indonesia dinilainya masih aman. Lutfi mengungkapkan Indonesia masih mempunyai stok kedelai yang cukup hingga dua bulan ke depan.
"Stok kedelai ada. Kita punya stok kedelai kira-kira 300 ribu ton saat ini. Jadi cukup untuk dua bulan, kira-kira," tutup Lutfi.