Setelah Minyak Goreng Langka, Kini Giliran Tahu dan Tempe?

Perajin tahu dan tempe di Indonesia
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Risky Andrianto

VIVA – Gejolak harga bahan pangan masih terus terjadi di Indonesia. Setelah minyak goreng, harga kedelai impor sebagai bahan baku tahu dan tempe juga merangkak naik.

Menteri Ara Setuju Tapera Bersifat Sukarela: Jangan Maksa-maksa

Akibat kenaikan harga ini, sejumlah perajin tahu dan tempe telah resmi menyatakan bahwa mereka akan melakukan mogok produksi. Sejumlah perajin di daerah Jabodetabek akan mulai menghentikan produksi pada hari ini, Senin 21 Februari 2022. Akankah nasib tahu dan tempe ini akan sama seperti minyak goreng?

Seperti dilansir dari Antara, ratusan perajin tahu tempe di Jakarta Pusat menyatakan siap menghentikan produksi sementara selama tiga hari ke depan mulai Senin hingga Rabu, 21-23 Februari 2022 karena harga kedelai impor sebagai bahan baku masih tinggi.

Masa Tenang Pilkada, Car Free Day di Sudirman-Thamrin Tidak Diberlakukan pada 24 November 2024

Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jakarta Pusat, Khairun, mengatakan, aksi mogok produksi dilakukan serentak oleh seluruh perajin tahu tempe di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

"Semua produsen di Jabodetabek udah tutup. Kalau tidak ditutup akan di'sweeping' oleh teman-teman kita juga. Karena tutup ini serentak dilakukan," kata Khairun, Minggu, 20 Februari 2022.

Rantai Distribusi Panjang, Penyebab Utama Lonjakan Harga Minyak Goreng

Perajin tahu dan tempe di Indonesia

Photo :
  • ANTARA FOTO/Risky Andrianto

Khairun menjelaskan, aksi ini terpaksa dilakukan agar Pemerintah yakni Kementerian Perdagangan dapat melakukan intervensi atas tingginya harga kedelai impor yang saat ini mencapai Rp12.000 per kg di tingkat perajin.

Padahal, harga kedelai impor normalnya berkisar Rp9.500 sampai Rp10.00 per kg. "Kalau dijual dengan harga biasa, kami tidak dapat untung bahkan rugi. Kami ingin agar Pemerintah mendengar, konsumen juga mengetahui bahwa tahu tempe mahal karena bahan bakunya sudah naik," kata dia.

Sementara itu, salah satu perajin tahu tempe di Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat, Ahmad Abdullah, mengaku, aksi mogok produksi dilakukan karena sebagian besar konsumen keberatan kalau harga tempe dijual menjadi dua kali lipat.

"Harga kacangnya melambung tinggi, harga jualnya juga tinggi, jadi susah. Orang-orang pada kaget beli tempe Rp5 ribu sekarang Rp8 ribu terus Rp10 ribu, terpaksa berhenti dulu lah," kata dia.

Abdullah berharap, agar harga kacang kedelai bisa kembali stabil, sehingga mogok produksi tidak akan berlangsung lebih lama, dan konsumen mendapatkan harga tahu tempe yang wajar.

Wilayah Banten dan Jawa Barat juga Akan Mogok

Ratusan perajin tahu tempe di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten pun menyatakan siap menghentikan produksi sementara selama tiga hari ke depan mulai Senin sampai Rabu, 21-23 Februari 2022 sehubungan harga kedelai impor di pasaran masih tinggi.
 
"Kita sepakat menerima keputusan Puskopti Jakarta untuk melakukan mogok produksi agar pemerintah dapat menstabilkan kembali harga kedelai di pasaran," kata Mad Soleh (55), perajin tahu di Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Minggu.
 
Aksi mogok produksi tahu tempe secara serentak itu dilakukan di wilayah Jakarta, Jawa Barat dan Banten selama tiga hari ke depan. Saat ini, harga kedelai impor di pasaran masih tinggi dengan kisaran antara Rp570 ribu sampai Rp600 ribu per 50 kg, padahal sebelumnya Rp300 ribu per kg.

Perajin Terancam Gulung Tikar

Kenaikan harga kedelai itu tentu membuat pendapatan perajin tahu tempe terpuruk dan terancam gulung tikar. Bahkan, dirinya kini menjual rugi dan bukan menjual untung, karena memenuhi permintaan pelanggannya yang pedagang bakul.

"Kami berharap melalui aksi mogok itu dapat kembali harga kedelai normal," katanya.

Begitu pula Sutari (45) warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak, mengatakan ia mendukung aksi mogok yang dilakukan perajin tahu tempe agar mendapatkan perhatian pemerintah karena hingga saat ini harga kedelai masih tinggi. Bahkan, hampir setiap hari harga kedelai impor di pasaran melonjak, sehingga perajin tempe terancam gulung tikar.

"Kami sendiri kini berjualan tempe merugi akibat tingginya harga kedelai," katanya.

Sementara itu, Ketua Perajin Tahu Tempe Kabupaten Lebak Liri (60) mengatakan sekitar 450 perajin tahu tempe di daerah ini menghentikan kegiatan produksi selama tiga hari ke depan mulai 21 sampai 23 Februari 2022.

Tuntutan para perajin tahu tempe agar harga kedelai kembali normal, sehingga produksi berjalan dan bisa meraup keuntungan. "Kami minta harga kedelai diberikan subsidi oleh pemerintah seperti tahun 1980-an itu, " katanya. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya