Bos BI Ungkap Pentingnya Instrumen Keuangan Berkelanjutan di G20

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, perkembangan Sustainable Finance Instrument (SFI) atau instrumen keuangan berkelanjutan sejak 2007, telah menunjukkan tren yang menggembirakan

Digital Trust Global Alami Tren Penurunan, Begini Strategi OJK Jaga Optimisme di RI

"Tidak hanya dalam volume, tetapi juga dalam berbagai jenis instrumen," kata Perry dalam telekonferensi 'Scalling Up The Utilization of Sustainable Financial Instruments', Jumat 18 Februari 2022.

Perry pun menjabarkan sejumlah instrumen keuangan yang dimiliki Indonesia, di antaranya yakni pasar modal seperti green, sustainability, sustainability-linked, dan social bond, serta instrumen pasar pinjaman seperti green loan dan sustainability-linked loan.

OJK Sebut Ada 7 Juta Data Milik Ratusan Instansi RI Bocor di Dark Web

Baca juga: BI: Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal IV 2021 Defisit US$844 juta

"Kami juga menyadari bahwa beberapa lembaga keuangan global telah mulai memanfaatkan instrumen pasar uang hijau, seperti Green atau Sustainable Repo, Green atau Sustainable Commercial Paper, dan Green atau ESG-Linked Derivatives," ujarnya.

Rahasia di Balik Girl Math: Cara Menghitung Keuangan dengan Logika Perempuan

Namun, Perry juga mengakui bahwa banyak sektor publik dan swasta yang masih menghadapi tantangan, terutama dalam mengakses dan mengadopsi instrumen ini. 

Karenanya, upaya-upaya dalam mengatasi hambatan itu harus tercermin dalam aliran kerja kedua Kelompok Kerja Keuangan Berkelanjutan (SFWG) G20, yang mengambil tema 'Meningkatkan SFI dengan fokus pada peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan' tersebut.

"Negara-negara G20 harus bekerja sama dalam mengatasi tantangan bersama, seperti standar, alat penyelarasan pasar, termasuk untuk persyaratan pelaporan dan pengungkapan, metrik data ESG, dan layanan verifikasi," kata Perry.

Obligasi Retail

Photo :
  • idx.co.id

Tidak hanya soal instrumen, lanjut Perry, tapi penting bagi pemerintah, otoritas sektor keuangan, dan sektor swasta, untuk bersama-sama menciptakan ekosistem keuangan berkelanjutan yang akan mendukung aspirasi peningkatan akan hal tersebut.

Hal ini menurutnya sangat penting, karena instrumen tidak dapat berfungsi dengan baik secara mandiri. Perry menegaskan, pihaknya tidak dapat menciptakan pasar SFI domestik yang kredibel dan efisien, tanpa ketersediaan entitas lokal yang menyediakan layanan verifikasi, sertifikasi, pelabelan, dan konsultasi yang kredibel.

"Ekosistem mengatur proses penting yang mendukung stabilitas sistem dan menjaga keseimbangan di antara para pemain utamanya. Hal yang sama berlaku untuk SF (sustainable finance), dimana ekosistem SF yang berkembang dengan baik akan memastikan keberlanjutan dan kesinambungan dalam jangka panjang karena pasar dan infrastruktur keuangan matang secara bertahap," kata Perry.

"Selanjutnya, keahlian teknis dan pengembangan kapasitas akan mendukung kelancaran penerapan instrumen SFI, terutama di pasar negara berkembang dan untuk UMKM," ujarnya.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, dalam acara Risk & Governance Summit 2024, Selasa, 26 November 2024

Ketua OJK Ungkap Strategi Sektor Jasa Keuangan Dukung Wujudkan Indonesia Emas 2045

Indonesia memiliki visi yang kuat untuk memperingati dan merayakan 100 tahun kemerdekaan, dalam posisi sebagai negara yang maju, lebih sejahtera

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024