BI: Obligasi Hijau Catatkan Penerbitan Tertinggi pada 2021
- Youtube Bank Indonesia
VIVA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, dimasukkannya aspek-aspek Environmental Social Governance (ESG) ke dalam area pembiayaan, telah memicu transformasi monumental di dunia keuangan selama beberapa tahun terakhir.Â
Sebab, menurutnya masalah krisis iklim juga telah berkontribusi besar pada upaya-upaya percepatan pembangunan keuangan hijau dan berkelanjutan tersebut.
"Sejak penerbitan obligasi hijau pertama pada 2007, dunia telah melihat peningkatan signifikan dalam penerbitan obligasi keuangan berkelanjutan," kata Perry dalam telekonferensi 'Scalling Up The Utilization of Sustainable Financial Instruments', Jumat 18 Februari 2022.
Baca juga:Â BI: Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal IV 2021 Defisit US$844 juta
Data menunjukkan bahwa penerbitan global telah mencapai US$859 miliar pada 2021 atau tertinggi dari yang pernah ada. "Obligasi hijau mencatatkan penerbitan tertinggi sebesar US$482 miliar, diikuti oleh obligasi sosial dan obligasi berkelanjutan," ujarnya.
Perry menambahkan, ketersediaan standar, prinsip, regulasi, dan taksonomi hijau yang dikembangkan di berbagai belahan dunia, juga telah ikut mendukung fenomena ini.Â
Namun, pertumbuhan pembiayaan berkelanjutan yang menggembirakan menurutnya memang masih kecil, dibandingkan dengan total investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target kolektif global dalam Paris Agreement dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sementara, perkembangan Sustainable Finance Indonesia terkini dan arah kebijakan keuangan berkelanjutan Indonesia, juga terus berkembang. Hal itu misalnya ditandai dengan diluncurkannya Taksonomi Hijau Indonesia pada 20 Januari 2022, yang dikoordinasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Perry menegaskan, hal ini juga telah sejalan dengan prioritas yang sudah ditetapkan dalam Roadmap Keuangan Berkelanjutan Indonesia Tahap II.
"Secara paralel, Bank Indonesia melalui Cetak Biru Pengembangan Pasar Uang 2025, akan berkontribusi terhadap keuangan berkelanjutan Indonesia, melalui pengembangan instrumen keuangan berkelanjutan dari pasar keuangan dan mendukung upaya peningkatan kapasitas nasional melalui koordinasi dengan otoritas lain," ujarnya.