Kisah Klasik Kedelai, Tempe dan Tahu: Dilematis

Aktivitas produksi tempe di Medan dengan bahan baku kacang kedelai (ilustrasi)
Sumber :
  • VIVA/Putra Nasution (Medan)

VIVA – Seolah tak ada obatnya. Gejolak harga kedelai yang menyebabkan terganggunya pasokan bahan baku tempe dan tahu terus terjadi, khususnya di awal tahun. Hal itu tidak lain karena masalah klasik yaitu pasokan impor terhambat.

Namun, tahun ini berbeda. Produsen dan konsumen, harus menarik nafas lebih dalam. Karena, gejolak harga bahan baku salah satu makanan favorit di Indonesia itu, berbarengan dengan naiknya harga minyak goreng.

"Kalau (kedelai) masih impor, ya dilematis," ujar Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi saat berbincang dengan VIVA, dikutip Kamis, 17 Februari 2022.

Dia pun menyayangkan, mengapa Pemerintah tidak belajar dari pengalaman kelangaan kedelai yang terus berulang. Salah satunya dengan meningkatkan produksi nasional.

Apalagi, tempe dan tahu sudah tidak bisa dipungkiri lagi merupakan komoditas pangan yang laris di Indonesia. Kalau masalah kelangkaan pasokan ini tidak segera selesaikan dengan jangka panjang, pada akhirnya akan terus merugikan konsumen.

"Seharusnya dipikirkan untuk kemandirian kedelai, mosok engga bisa tanam kedelai sih?," tegasnya.

Pasokan global terhambat

Oke Nurwan

Photo :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

Pada 11 Februari lalu, Kementerian Perdagangan mengumumkan ke masyarakat, bahwa ada potensi terjadinya kenaikan harga harga tempe tahun beberapa bulan mendatang. Sebab, harga kedelai sudah mulai naik pada bulan ini.

Direktur Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menjelaskan, kondisi produksi kedelai di dunia saat ini terjadi gangguan suplai. Karena, Brazil yang salah satu negara pengimpor kedelai ke Indonesia, produksinya menurun.

"Brazil terjadi penurunan produksi kedelai, di mana awalnya diprediksi mampu memproduksi 140 juta ton pada Januari, menurun menjadi 125 juta ton.  Penurunan produksi ini berdampak pada kenaikan harga kedelai dunia" ujar Oke beberapa waktu lalu," kata Oke.

Selain itu kata Oke, Amerika Serikat, pemasok kedelai lainnya ke Indonesia harganya mengalami kenaikan. Akibat, tingginya inflasi yang mencapai 7 persen, pengurangan tenaga kerja, kenaikan biaya sewa lahan, serta ketidakpastian cuaca.

"Dari data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77 dolar AS per bushel atau angkanya sekitar Rp11.240 per kilogram (kg) kalau ditingkat importir dalam negeri," kata Oke.

Dalam hal ini, diperkirakan harganya akan terus mengalami kenaikan hingga Mei 2022 yang bisa mencapai 15,79 dolar AS per bushel. Selanjutnya, akan terjadi penurunan pada Juli 2022 ke angka 15,74 dolar AS per bushel di tingkat importir.

Catatan VIVA, awal tahun lalu, kelangkaan kenaikan harga kedelai karena pasokan global yang terhambat pun terjadi. Pada 11 Januari 2021, Mendag Lutfi mengumumkan bahwa akan ada kenaikan harga tempe tahun karena impor kedelai terganggu.

Penyebabnya pun serupa. Kala itu Lutfi mengatakan, produksi kedelai di negara produsen yaitu AS, Brasil dan Argentina tergangu. Fenomena itu pun terjadi pada pertengahan 2021.

Empat opsi pedagang

Pengrajin tempe mengolah kedelai impor

Photo :
  • ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Seolah sudah terbiasa dengan kenaikan kedelai. Para produsen tempe dan tahu pun secara otomatis mengubah operasional bisnisnya, ketika harga bahan baku produksinya naik.

Pengamatan VIVA, ada empat opsi yang biasanya dilakukan pedagang merespons kenaikan harga kedelai. Yaitu Mengurangi produksi, mengecilkan ukuran, mogok produksi dan yang terakhir adalah menaikkan harga.

Seperti yang dilakukan Perajin tempe di Cianjur, Jawa Barat saat ini. Mereka memilih opsi mengurangi ukuran karena mahalnya kedelai sebagai bahan baku utama tempe dari Rp8.000 per kilogram menjadi Rp11.000 per kilogram, namun produksi tetap berjalan sesuai pesanan pasar.

"Hanya ukuran tempe dikurangi sedangkan harga jual di pasar tetap Rp8.000 per potong, meski harga kedelai impor naik, kami masih tetap memproduksi, namun terbatas untuk memenuhi pesanan dari sejumlah pasar dan pedagang," kata Perajin tempe di Kecamatan Gekbrong, Sri Hayati di Cianjur dilansir dari Antara.

Kanwil Bea Cukai Jakarta Berikan Izin Pusat Logistik Berikat untuk Epson

Sementara itu, pengrajin tahu di Banda Aceh dan sekitar memutuskan untuk berhenti produksi dan menutup usahanya. Karena, semakin mahalnya harga kedelai yang menjadi bahan baku makanan tradisional tersebut.

Sekretaris Asosiasi Tahu Tempe Aceh Mulizar di Banda Aceh, Selasa, 15 Februari lalu mengatakan, selain harga semakin mahal, pengrajin tahu juga kesulitan mendapatkan kacang kedelai.

Anda Bisa Kaya dari Bisnis Ini? Coba Bisnis Jastip!

"Selain harga mahal, kacang kedelai juga sulit didapat. Akibatnya, sejumlah pengrajin tahu terpaksa menutup usahanya karena ketiadaan bahan baku," ungkapnya.

Sedangkan, pengusaha tahu di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengurangi produksi menyusul harga kedelai yang semakin mahal. Selain itu mereka mengurangi produksi  dan imbas PPKM, guna menekan kerugian yang semakin besar.

Aliran Mobil Impor Semakin Deras

"Kami kurangi produksi, karena untuk mengurangi kerugian. Kalau di hari normal sehari bisa hingga 400 kilogram. Saat ini, rata-rata 300 kilogram, bahkan hari ini 200 kilogram," kata Pemilik CV Gudange Tahu Takwa (GTT) Gatot Siswanto di Desa Toyoresmi.

Kemudian di Bogor, opsi menaikan harga sepertinya sudah diambil oleh para pengrajin dan pedagang setempat. Kenaikan harga tempe sudah terjadi sebesar Rp2.000 per kg.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian Kota Bogor Mohamad Soleh. Menurutnya, kenaikan memang tidak dapat dihindari dan sesuai prediksi Pemerintah Pusat.

"Yang mulai terlaporkan untuk tempe ukuran besar sekitar 1 kilogram naik Rp2.000 itu," kata Soleh, Senin 14 Februari lalu.

Soleh mengungkapkan, informasi kenaikan harga itu hasil pemantauan di dua pasar tradisional, yakni Pasar Bogor dan Pasar Kebon Kembang. Harga tempe ukuran 1 kilogram naik 15 persen dari Rp13.000 menjadi Rp15.000.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya