Ekspor RI Kinclong, Kemenkeu Sebut Omicron Tak Berpengaruh Signifikan
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2022 tetap tumbuh kuat sebesar 25,31 persen secara year-on-year (yoy), atau sebesar US$19,16 miliar.
Menurutnya, hal itu merupakan sinyal yang baik dalam upaya pemulihan ekonomi nasional. Di tengah meningkatnya risiko dan moderasi pertumbuhan ekonomi dan perdagangan global.
"Ekspor yang tetap tumbuh kuat ini menunjukkan bahwa merebaknya varian Omicron tidak berdampak signifikan pada aktivitas produksi dan ekspor," kata Febrio dalam keterangan tertulis, Rabu, 16 Februari 2022.
Febrio menambahkan, pertumbuhan ekspor ini hanya sedikit melambat dibandingkan periode Desember 2021, karena faktor musiman. Ekspor non-migas tumbuh tinggi sebesar 26,74 persen (yoy), sedangkan ekspor migas tumbuh lebih moderat di 1,96 persen (yoy).
Secara kumulatif, nilai ekspor Januari 2022 dimulai dengan nilai yang lebih tinggi dibandingkan prapandemi (Januari 2020), yang didorong oleh peningkatan harga komoditas utama.
"Ke depan, kinerja ekspor diperkirakan masih akan kuat didukung oleh permintaan maupun harga yang masih tinggi," ujarnya.
Secara sektoral, lanjut Febrio, pada Januari 2022 ekspor dari sektor-sektor utama mencatatkan pertumbuhan yang tetap kuat. Sektor manufaktur tumbuh tinggi sebesar 31,16 persen (yoy), disusul oleh sektor pertanian sebesar 11,54 persen dan sektor pertambangan 3,87 persen. Sementara itu, pangsa pasar ekspor Indonesia masih didominasi oleh negara Tiongkok, AS, dan ASEAN.
Selain itu, kinerja impor juga masih kuat, yang mencerminkan aktivitas konsumsi dan produksi dalam negeri yang terus menunjukkan pemulihan. Di bulan Januari 2022, impor tumbuh kuat sebesar 36,77 persen (yoy) atau US$18,23 miliar.
Impor migas tumbuh sebesar 43,66 persen (yoy), disusul oleh impor non-migas yang tumbuh sebesar 35,86 persen (yoy). Febrio memprediksi, ke depannya kinerja impor di 2022 akan semakin meningkat, sejalan dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi yang semakin kuat.
Dilihat dari jenis penggunaannya, impor barang modal mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 41,94 persen (yoy), disusul oleh impor bahan baku/penolong yang tumbuh sebesar 39,57 persen (yoy) dan impor barang konsumsi yang tumbuh di 10,25 persen (yoy).
"Peningkatan impor bahan baku dan barang modal mencerminkan berlanjutnya peningkatan aktivitas industri dalam negeri, baik untuk memenuhi pasar domestik maupun ekspor. Sementara meningkatnya impor barang konsumsi mencerminkan pulihnya aktivitas konsumsi domestik dan daya beli masyarakat," ujarnya.