Impor Bahan Baku dan Penolong Naik, BPS: Baik untuk Kinerja Industri
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat impor Indonesia di Januari 2022 meningkat dibanding tahun sebelumnya di bulan yang sama. Impor di Januari 2022 sebesar US$18,23 miliar, di mana hal tersebut meningkat 36,77 persen secara year on year (yoy).
Adapun peningkatan tersebut ada pada migas dan non migas. Untuk impor migas meningkat sebesar 23,66 persen atau US$1,55 miliar pada Januari 2021, menjadi US$2,23 miliar pada Januari 2022.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mengatakan, pada non migas meningkat sebesar 35,86 persen.
“Januari 2021 ekspor non migas kita sebesar US$11,78 miliar, kemudian meningkat di Januari 2022 sebesar US$16,00 miliar. itu kalau kita bandingkan secara yoy,” ujarnya melalui telekonferensi, Selasa 15 Februari 2022.
Sementara itu, jika dibandingkan secara month to month (mtm) atau bulan ke bulan impor Indonesia di Januari 2022 mengalami penurunan dibanding Desember 2021. Penurunan terjadi sebesar US$14,62 persen, pada Desember 2021 impor sebesar US$3,38 miliar menjadi US$2,23 miliar untuk migas.
“Untuk non migas dari US$17,97 miliar, menjadi US$16,00 miliar atau turun sebesar US$10,97 persen,” jelasnya.
Adapun pada impor penggunaan barang secara mtm mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada barang konsumsi minus 36,60 persen. Selain itu, komoditas juga mengalami penurunan tertinggi. BPS mencatat, vaksin menjadi komoditas penyumbang penurunan tertinggi.
Apabila dilihat secara yoy, komoditas konsumsi bahan baku atau penolong dan barang modal masih akan mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar ada pada barang modal sebesar 41,94 persen.
“Jadi peningkatan sebesar 41,94 persen ini tertinggi pada barang modal untuk mesin dan peralatan mekanik,” ujarnya.
Setianto melanjutkan, pada struktur impor menurut penggunaan barang, bahan baku dan penolong menjadi penyumbang terbesar dengan nilai 75,97 persen dari total impor di Januari 2022. Kemudian barang modal sebesar 15,37 persen, dan barang-barang konsumsi sebesar 8,66 persen.
“Jadi impor kita utamanya masih banyak untuk bahan baku, bahan penolong serta barang modal, tentunya ini baik untuk kinerja sektor industri kita,” ucapnya.