BI Ungkap Nilai Tambah yang Mampu Dorong Ekonomi RI Sehat di 2022

Ilustrasi tambang tembaga
Sumber :
  • ANTARA/Reuters

VIVA – Bank Indonesia (BI) menyatakan momentum pemulihan ekonomi Indonesia akan bisa terus berlanjut. Di mana pada kuartal IV-2021 perekonomian domestik mengalami pertumbuhan hingga 5,02 persen secara year-on-year (yoy).

Gubernur BI Beri Sinyal Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan pada 2025

Dengan perbaikan yang tercatat di sebagian besar sektor ekonomi, Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo mengatakan, secara keseluruhan perekonomian nasional telah tumbuh 3,69 persen pada tahun 2021, dan berhasil membalikkan kontraksi pada tahun 2020 lalu.

"Perekonomian domestik diperkirakan akan semakin meningkat menjadi 4,7-5,5 persen pada tahun 2022, didukung oleh program vaksinasi yang lebih cepat, pembukaan kembali ekonomi yang lebih luas, dan stimulus kebijakan," kata Dody dalam telekonferensi di acara 'Shifting Toward Higher Value-Added Indistries', Senin 14 Februari 2022.

Raker Perdana, Komisi IX DPR RI Apresiasi Rencana Kerja Kemnaker

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo

Photo :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

Karenanya, Dody berpendapat bahwa untuk memastikan keberlanjutan dan inklusivitas pemulihan ekonomi, maka struktur ekonomi pun perlu terus diperkuat.

Wamen Thomas Ungkap Konflik Geopolitik Tekan Pertumbuhan Ekonomi

Dia menegaskan, dibutuhkan dukungan dari struktur neraca berjalan yang kuat, didukung oleh sektor manufaktur yang kuat, yang dapat dicapai dengan mengembangkan industri hilir bernilai tambah lebih tinggi terutama untuk sumber daya mineral. Hilirisasi sumber daya mineral diakui Dody diperlukan karena tiga alasan utama. 

"Pertama, pembentukan industri hilir akan menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi, sehingga mendukung ekspor dan membuat Indonesia lebih terhubung dengan rantai nilai global," ujar Dody.

Kedua, penciptaan industri hilir akan mengurangi ketergantungan impor produk manufaktur yang bernilai tambah lebih tinggi. Dan ketiga, pengembangan industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi akan membentuk keterkaitan dalam negeri dengan industri pendukung, sehingga mencapai pertumbuhan yang lebih inklusif.

Dody memastikan, ketiga alasan utama tersebut mendasari kebijakan ekspor bahan baku yang telah dilakukan pemerintah sejak tahun 2020.

"Ke depan, hilirisasi sumber daya mineral juga akan menguntungkan bagi transisi menuju ekonomi yang lebih hijau, mengingat produk industri hilirisasi seperti nikel menjadi input utama bagi produk-produk yang mendukung transisi hijau tersebut," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya