Kimia Farma Beberkan Cara Dapat Vaksin Booster Sinopharm

Kimia Farma
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Vaksin Sinopharm telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) atau persetujuan darurat dari Badan POM sebagai vaksin dosis lanjutan atau booster homolog untuk dewasa usia 18 tahun ke atas. 

117.860 UMKM Sudah Masuk Ekosistem Digital PaDi UMKM, Transaksi Capai Rp 7 Triliun

Masyarakat yang telah mendapat vaksin Sinopharm dosis primer lengkap sekurang-kurangnya 6 bulan, sudah bisa menerima vaksin booster produksi Beijing Bio-Institute Biological ini.

GM Corporate Secretary PT Kimia Farma Tbk, Ganti Winarno mengatakan, masyarakat yang telah mendapatkan vaksin COVID-19 dosis primer Sinopharm melalui badan hukum atau badan usaha, serta bagi badan hukum atau badan usaha yang ingin mendaftarakan pegawainya, sekarang sudah dapat melakukan pendaftaran melalui portal.vaksingotongroyong.id atau whatsapp Biofarma di 0811 2060 888.

Bantu Pemerintah Capai NZE pada 2060, Telkom Indonesia Lakukan Ini

“Vaksin booster Sinopharm ini hadir untuk membantu mempercepat program vaksinasi yang telah dicanangkan oleh pemerintah,” ujar Ganti dikutip dalam keterangan tertulis, Jumat, 11 Februari 2022.

Vaksin Sinopharm.

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa
Dukung Ketahanan Pangan, PT Berdikari Jamin Stabilitas Harga dan Stok Pangan Ternak Bagi Masyarakat

Dengan diterbitkannya EUA terhadap vaksin booster homolog Sinopharm berarti telah menambah varian regimen dosis yang diumumkan oleh Kemenkes dan Badan POM.

Ganti mengatakan, Badan POM telah melakukan evaluasi terhadap aspek khasiat dan keamanan mengacu pada standar evaluasi vaksin COVID-19 untuk vaksin Sinopharm sebagai dosis booster homolog untuk dewasa 18 tahun ke atas. “Vaksin Sinopharm sebagai booster  umumnya dapat ditoleransi dengan baik,” ujarnya.

Dia melanjutkan, frekuensi, jenis, dan keparahan reaksi sampingan atau kejadian yang tidak diharapkan (KTD) setelah pemberian booster lebih rendah dibandingkan saat pemberian dosis primer. 

Adapun KTD yang sering terjadi merupakan reaksi lokal seperti nyeri di tempat suntikan, pembengkakan, dan kemerahan serta reaksi sistemik seperti sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot, dengan tingkat keparahan grade 1-2.

Dilihat dari aspek Imunogenisitas, peningkatan respon imun humoral untuk parameter pengukuran antibodi netralisasi dan anti IgG masing-masing sebesar 8,4 kali dan 8 kali lipat dibandingkan sebelum pemberian booster.

Sesuai dengan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh BPOM, respons imun setelah pemberian booster ini lebih tinggi dibandingkan respons imun yang dihasilkan pada saat vaksinasi primer.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya