Transformasi Petrokimia ke Industri Hijau, PKT Siap Jadi Pionir

PT Pupuk Kaltim
Sumber :
  • Dokumentasi PT Pupuk Indonesia (Persero)

VIVA –  PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) menyatakan siap menjadi pionir transformasi industri petrokimia menjadi industri hijau. Hal ini untuk mendukung target pemerintah soal net zero emission (NZE) di 2060.

Ratusan Relawan Anak Muda Peduli Krisis Iklim Bergabung Sebagai SDGs Hero Volunteer

Industiri petrokimia menjadi salah satu industri yang disoroti untuk turut menekan emisi. Sebab, industri petrokimia merupakan industri di sektor hulu yang menyediakan hampir seluruh bahan industri hilir seperti industri plastik, tekstil, cat, kosmetik, hingga farmasi dengan proses produksi yang memanfaatkan energi.

Untuk itulah, industri petrokimia digadang-gadang jadi industri yang paling tepat untuk bertransformasi menjadi hijau dan berkelanjutan. 

Tantangan Bisnis Ritel di Indonesia Tahun 2025

Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi mengatakan, terciptanya industri hijau dapat dilakukan dengan mengintegrasikan berbagai upaya yang sudah tertera dalam roadmap perusahaan agar lebih hijau dan berkelanjutan. 

"Pupuk Kaltim melihat ke depannya perusahaan tidak hanya dituntut menjadi lebih produktif tetapi juga lebih ramah lingkungan," ujarnya dikutip dalam keterangan tertulis, Jumat, 11 Februari 2022. 

Presiden Prabowo Sebut APEC Harus Jadi Jembatan Ketahanan, Inovasi, dan Inklusi

Ilustrasi pengolahan sampah oleh Pupuk Kaltim.

Photo :
  • Dok. Pupuk Kaltim

Ia melanjutkan hal itu tertuang dalam roadmap 40 tahun PKT yang akan fokus ke arah industri petrokimia yang berbasis renewable atau energi batu dan terbarukan (EBT). Roadmap tersebut terdiri dari 3 fokus pondasi utama. 

"Yaitu, efisiensi energi lewat digitalisasi, diversifikasi usaha dengan bahan baku energi terbarukan dan melakukan praktik ekonomi sirkular guna memanfaatkan emisi produksi menjadi komoditas bisnis baru seperti soda ash," paparnya. 

Menurutnya, praktik tersebut tidak hanya sebagai upaya mengurangi jejak karbon, tetapi dapat memberikan dampak keberlanjutan dan multiplier effect positif bagi perusahaan, masyarakat sekitar, maupun negara.

Dalam upaya pengurangan jejak karbon, Rahmad juga menjelaskan bahwa saat ini pihaknya sudah memulai penggunaan biomassa sebagai sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan, sebagai campuran pembangkit listrik boiler batu bara. Melalui praktik ini diperkirakan dapat mengurangi emisi pabrik hingga 5,4 persen.

Selain itu, Rahmad melanjutkan, langkah lain yang telah dilakukan PKT adalah reaktivasi pabrik urea Proyek Optimasi Kaltim (POPKA-2) yang berpotensi mengurangi emisi 3,4 persen atau sebesar 145.408 ton CO2 per tahun. Juga menyiapkan kapasitas penyimpangan carbon storage sebesar 130 MM ton CO2 atau sekitar 21 persen dari total potensi penyimpangan karbon di Indonesia. 

Keterlibatan masyarakat sekitar juga turut dikembangkan dengan penanaman tanaman yang mampu lebih banyak menyerap CO2 seperti mangrove, matoa, mahoni, durian dan lainnya. 

Rahmad menegaskan, upaya mengembangkan budaya ramah lingkungan ini sebagai bagian dari program Environment, Social, and Governance (ESG) perusahaan. Ke depannya, PKT menargetkan untuk menanam 50.000 jenis pohon per tahun yang di antaranya merupakan tanaman mangrove yang mampu menyerap karbon hingga 37.500 ton per tahun.

"Program penanaman ini pun nantinya akan terus berekspansi ke wilayah yang lebih luas agar carbon capture atau storage secara biologis tidak hanya terfokus di satu tempat. Dengan demikian, tidak hanya serapan karbon emisinya, tapi keuntungan bagi masyarakat pun dapat tercapai," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya