Harga Minyak Dunia Meroket, WTI dan Brent Tembus US$90 Per Barel 

Ilustrasi pengeboran minyak (picture-alliance/imageBROKER/D. Radicevic)
Sumber :
  • dw

VIVA – Harga minyak Amerika Serikat melonjak di atas US$90 per barel pada Kamis 3 Februari 2022. Capaian itu pertama kalinya sejak 2014 karena meningkatnya permintaan produksi minyak bumi di tengah pasokan yang terbatas.

Mendag Budi Janjikan Harga MinyaKita Turun dalam Dua Hari

Dilansir dari CNBC, Jumat 3 Februari 2022, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik lebih dari 2 persen dan diperdagangkan di level US$90,23 per barel.

Angka tersebut tercatat lebih tinggi dari angka terakhir yaitu US$90 per barel pada Oktober 2014. Sedangkan, harga minyak mentah Brent juga naik sebesar 1,7 persen dan diperdagangkan di level US$91 per barel. 

Waspadai Perang Timur Tengah Bikin Harga Minyak Global Meroket, Bahlil: Sudah Ada Tanda-tanda

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 4 Februari 2022: Global Stabil, Antam Naik Tipis

Adapun kenaikan harga minyak secara beruntun kali ini karena permintaan telah kembali naik tetapi produsen telah menahan pasokan. Di tambah adanya Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

Bursa Asia Loyo saat Wall Street Perkasa dengan Lompatan Indeks Dow Jones

Sementara itu, dengan adanya kenaikan itu WTI naik hampir 20 persen untuk tahun ini, dan lebih dari 50 persen dibandingkan 2021. Harga minyak itu diperkirakan bakal mencapai US$100 per barel menurut analis Wall Street.

Ed Moya dari Oanda mengatakan bahwa naiknya harga minyak disebabkan oleh permintaan minyak yang tinggi akibat suhu dingin dan potensi penurunan produksi.

Pengeboran Minyak Lepas Pantai Pertamina.

Photo :
  • Dok. Pertamina

“Pasar minyak sangat ketat sehingga kejutan apa pun pada produksi akan membuat harga melonjak. Produksi OPEC+ sedang dalam kendali jelajah dengan strategi peningkatan bertahap mereka, yang berarti minyak sepertinya akan segera menuju minyak U$100 per barel,” katanya.

Sementara, pada Rabu lalu OPEC dan sekutu penghasil minyaknya, memutuskan untuk tetap pada jadwal yang diumumkan sebelumnya dan meningkatkan produksi Maret sebesar 400.000 barel per hari. 

Langkah itu dilakukan ketika kelompok itu menghadapi tekanan, termasuk dari AS, untuk meningkatkan produksi dalam upaya mengurangi apresiasi cepat harga minyak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya