Topang Pertumbuhan Kredit, BNI Catat DPK Rp729,17 T pada 2021
- Dok: BNI
VIVA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI melaporkan capaian laba bersih 2021 sebesar Rp10,89 triliun. Nilai tersebut tumbuh tiga kali lipat sebesar 232,2 persen secara year-on-year (yoy).
Seiring capaian laba tersebut, Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini memastikan, peran pendapatan non-bunga di tahun 2021 juga tergolong semakin kuat.
"Fee based income (FBI) pada akhir tahun 2021 tumbuh 12,8 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp13,64 triliun," kata Novita dalam telekonferensi, Rabu 26 Januari 2022.
Novita menambahkan, FBI tahun 2021 didukung oleh fee consumer dan fee business banking yang masing-masing tumbuh 6,0 persen dan 10,7 persen secara yoy.
"Hal itu menurutnya ikut menandai pemulihan yang kuat dibandingkan tahun sebelumnya," ujarnya.
Selain itu, pertumbuhan kredit juga ditopang oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp729,17 triliun, atau tumbuh 15,5 persen yoy. Capaian ini diakui Novita turut membawa BNI pada situasi likuiditas yang sangat mencukupi dan jauh melampaui pertumbuhan kredit tahun lalu.
Dia menjelaskan, penghimpunan DPK ini memang terpantau menguat di kuartal IV-2021, meskipun suku bunga simpanan terus menurun. Bekal DPK tersebut membuat BNI memiliki cadangan likuiditas yang tangguh, dan siap digunakan jika permintaan kredit meningkat atau pasar obligasi berubah menjadi lebih baik tahun 2022.
"Dana murah atau CASA BNI juga masih mendominasi DPK, yaitu terjaga pada level 69,4 persen dari seluruh DPK. CASA terdongkrak hingga 17,1 persen secara yoy menjadi Rp506,06 triliun," kata Novita.
"Pertumbuhan dana murah ini juga turut mendorong perbaikan cost of fund, dari 2,6 persen pada akhir tahun 2020 menjadi 1,6 persen di tahun 2021," ujarnya.