Lifting Migas RI 2021 Anjlok, Menteri ESDM Bongkar Penyebabnya
- VIVA/Mohammad Yudha Prasetya/Tangkapan layar
VIVA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, melaporkan bahwa realisasi lifting minyak dan gas bumi (migas) pada 2021 lalu mengalami penurunan dibandingkan periode 2020.
Dia menjelaskan, produksi minyak bumi Indonesia pun makin merosot di sepanjang tahun lalu. Di mana, lifting minyak bumi nasional hanya mampu mencapai kisaran 660.000 barel per hari (Bph).
"Atau turun dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 707.000 barel per hari," kata Arifin dalam telekonferensi, Rabu 12 Januari 2022.
Baca juga: Alasan Mengapa Saat Transisi Energi Gas Menjadi Opsi Terbaik RI
Sementara untuk lifting gas bumi pada 2021, totalnya mencapai 982 MBOEPD. "Turun dibandingkan tahun 2020 yang mencapai sebesar 983 MBOEPD," ujarnya.
Arifin mengakui bahwa tren penurunan lifting migas ini disebabkan karena Indonesia tidak punya sumber-sumber baru, dan hanya menyisakan sumber-sumber lama untuk ditambang.
"Kalau dilihat tren menurun, ya memang menurun. Karena kita tidak punya sumber-sumber baru, yang ada adalah sumber lama," kata Arifin.
Dengan demikian, lanjut Arifin, perhitungan biaya lifting pun ikut mengalami peningkatan, karena ada sejumlah treatment ekstra yang harus dilakukan dari hasil lifting di sumber-sumber minyak tua tersebut.
"Contoh, kalau pompa minyak yang keluar itu kan minyak campur air. Nah sekarang airnya jauh lebih besar dibanding porsi minyak. Ini perlu biaya untuk memisahkan," ujar Arifin.
Meski demikian, untuk 2022 Arifin mengatakan pihaknya telah menargetkan lifting minyak bisa mencapai 703 ribu barel per hari dan gas bumi mencapai 1.036 MBOEPD.
Kementerian ESDM diakuinya akan terus berupaya melakukan eksplorasi potensi cadangan migas dengan masif, serta menyiapkan lelang wilayah.
"Kita laksanakan roadmap ini untuk mengoptimalisasi dan recovery migas ini," ujarnya.