Elpiji Non-Subsidi Mahal, Bisnis Kuliner Galau Susah Naikkan Harga
- Teguh Joko Sutrisno/ VIVA.
VIVA – Para pelaku usaha kuliner di Kendal Jawa Tengah mengeluhkan kenaikan harga elpiji non subsidi. Karena elpiji untuk usaha tidak boleh memakai elpiji bersubsidi, maka mau tak mau mereka harus membeli elpiji non subsidi meski harganya naik.
Mereka menjadi semakin galau. Jika tidak menaikkan harga maka keuntungan usaha menjadi semakin mepet. Sedang jika menaikkan harga, pelanggan akan kecewa dan tidak membeli. Padahal sebelum ini mereka sudah dihantam dampak pandemi.
Diketahui bahwa, kenaikan harga terjadi pada gas isi ulang elpiji ukuran 5,5 kilogram dan 12 kilogram.
"Untuk yang 3 kilo tabung hijau itu enggak naik. Tapi itu kan untuk warga yang membutuhkan subsidi. Kalau untuk usaha kan tetap pakai yang non subsidi. Tapi mau gimana lagi. Kita mau tak mau tetap jualan dengan harga lama daripada pembelinya lari," kata Aditya Wibawa, pengelola usaha kafe angkringan di Patebon Kendal, Senin, 10 Januari 2022.
Sementara itu, salah satu agen elpiji di Kendal mengungkapkan, memang ada penurunan penjualan di awal kenaikan harga harga pada bulan Desember.
"Memasuki pekan kedua Januari ini penjualan sudah berangsur normal. Mungkin pasar memang harus adaptasi dulu ya," jelas Budi, agen epliji di Kendal.
Sebagai informasi, gas elpiji non subsidi di Kendal mengalami kenaikan harga. Untuk ukuran 5,5 kilogram naik dari Rp.70 ribu menjadi Rp.81 ribu. Sedang yang ukuran 12 kilogram naik dari Rp. 150 ribu menjadi Rp.166 ribu.
Laporan Teguh Joko Sutrisno