Lagi, Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dikutip dari Indonesia Economic Prospects edisi Desember 2021, ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan hanya tumbuh di level 3,7 persen.
Proyeksi terbaru tersebut turun dari perkiraan sebelumnya. Di edisi Juni 2021, Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di level 4,4 persen.
Meski begitu Bank Dunia memperkirakan, Perekonomian Indonesia terus mengalami pemulihan pada tahun ini, terlepas dari adanya perlambatan akibat gelombang COVID-19 varian Delta yang terjadi di pertengahan tahun.
Walaupun perekonomian diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 3,7 persen tahun ini, diproyeksikan mampu meningkat menjadi 5,2 persen pada 2022.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen menekankan, proyeksi ini berdasarkan asumsi bahwa Indonesia akan menghindari adanya lagi lonjakan parah kasus COVID-19.
Cakupan vaksinasi mencapai 70 persen di sebagian besar provinsi pada 2022, berbagai kebijakan moneter maupun fiskal tetap akomodatif, serta terjadi pertumbuhan perdagangan global dan berbagai harga komoditas melambat.
Berbagai hal ini dibahas secara rinci pada laporan Indonesia Economic Prospects Bank Dunia yang terakhir, berjudul A Green Horizon, Toward a High Growth and Low Carbon Economy.
"Gelombang Delta telah mengajarkan kepada kita bahwa upaya untuk terus meningkatkan program vaksinasi, pengujian, dan penelusuran kasus, serta adanya kepastian kecukupan kapasitas perawatan kritis merupakan beberapa cara untuk mempersiapkan diri menghadapi varian Omicron maupun varian COVID-19 lainnya,” tegas dia dikutip dari keterangannya, Kamis, 16 Desember 2021.
Bank Dunia pun merekomendasikan langkah yang bisa ditempuh pemerintah untuk mempertahankan momentum ekonomi serta mencegah dampak ekonomi dan sosial yang berkepanjangan.
Salah satunya adalah perlu berfokus pada suatu respon kebijakan yang memperkuat investasi, mempercepat akumulasi modal manusia, serta mendorong produktivitas.
"Tantangan terkait hal ini termasuk pengendalian pandemi dengan mempercepat program vaksinasi di daerah-daerah yang masih tertinggal, serta meningkatkan pengujian, penelusuran, dan perawatan; dan juga menjaga kondisi kebijakan moneter maupun keuangan yang akomodatif seraya bersiap untuk mengkalibrasi berbagai kebijakan, seiring berubahnya tekanan global dan di dalam negeri," tuturnya.
Bank Dunia juga merekomendasikan pentingnya menambah ruang fiskal terkait respon terhadap pandemi dan untuk keberlanjutan fiskal di jangka menengah.
Undang-undang tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang baru disahkan dianggap merupakan langkah yang sangat penting dalam upaya memperbaiki rendahnya pendapatan negara dari pajak.