EMP Yakini Permintaan Energi Fosil Masih Tinggi hingga 2040

Ilustrasi wilayah kerja migas yang dikelola Energi Mega Persada Tbk.
Sumber :
  • EMP.id

VIVA – PT Energi Mega Persada Tbk (EMP) menilai arah kebijakan transisi energi yang ditempuh Indonesia mampu mengakomodir kebutuhan produksi energi fosil dengan baik sesuai dengan permintaan pasar.

Industri Serap 43% Kebutuhan Listrik, Kadin Dorong Kemitraan Swasta dalam RUKN 2024-2060

CFO EMP Edoardus Adrianto mengatakan ini karena kebijakan transisi yang ditempuh dilakukan secara bertahap menuju net zero emission pada 2060. Sehingga, cadangan migas yang dieksplorasi tidak terlantar.

"Sehingga cadangan yang dieksploitasi tidak menjadi aset yang terlantar," kata dia di IOG 2021, Rabu, 1 Desember 2021.

Ditunjuk Jadi Penasihat Ahli Kepala SKK Migas, Ini Profil Laksda TNI Gendut Sugiono

Baca juga: Alasan Sektor Energi Dibutuhkan untuk Capai Indonesia Emas 2045

Di sisi lain, dia melanjutkan, sentimen pelaku di sektor minyak dan gas bumi (migas) masih meyakini bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya energi terbaik.

Jaga Pasokan Energi Perode Nataru, PIS Kerahkan 326 Armada Tanker

"Termasuk terkait kebijakan energinya dan di sini bahan bakar fosil maupun yang terbarukan bisa coexist bersama-sama," ujarnya.

Secara umum, Edoardus menekankan, pemerintah Indonesia telah dengan baik memadukan kekurangan dari masing-masing sumber energi ini. Apalagi ditambah dengan kebijakan carbon capture and storage (CCS).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendefinisikan CCS merupakan salah satu teknologi mitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer

"Ini menjadi opsi tambahan bagi kita untuk melanjutkan penggunaan fosil fuel dan disaat yang sama mereduksi greenhouse gas emission," tegas dia.

Proyek Energi Mega Persada.

Photo :
  • energi-mp.com

Dengan pola tersebut, Edoardus meyakini, pada 2030 energi fosil masih akan eksis atau tetap digunakan sebesar 60-70 persen dari total bauran energi dan permintaannya juga masih akan naik signifikan. 

"Demand terhadap minyak mentah naik signifikan dari level saat ini menjadi 1,6 juta barel per hari," tuturnya.

Dia pun meyakini, target pemerintah untuk mencapai produksi minyak 1 juta barel per hari pada 2030 akan bisa tercapai di tengah kebijakan transisi energi hijau di berbagai dunia.

"Bagi kita bagaimana meningkatkan produksi oil and gas untuk mencapai tingkat permintaan di saat yang sama kita mengurangi produksi karbon," paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya