Menkeu Tak Mau Alasan Produksi Migas Defisit Saat Transisi Energi
- ANTARA
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta sektor industri minyak dan gas bumi (migas) secara keseluruhan memerhatikan produksi migas yang terus lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan permintaan.
Menurutnya, kondisi ini terus membuat indikator-indikator makro ekonomi Indonesia juga terus mengalami pelemahan. Misalnya, terkait dengan neraca ekspor impor serta neraca transaksi berjalan.
"Lifting migas terus decline. Lifting minyak 2020 hanya mencapai 707 juta barel per day dan gas juga malah reducing ke 983 ribu barrel equivalent oil per day," tuturnya di IOG 2021, Selasa, 30 November 2021.
Baca juga: Harga Emas 30 November 2021: Omicron Buat Global dan Antam Stagnan
Kondisi ini menurutnya terus terjadi di tengah keharusan negara-negara di dunia bertransisi menuju energi hijau dan ramah lingkungan atau net zero emission dalam waktu dekat.
Oleh sebab itu, tidak ada alasan baginya produksi yang rendah ini terjadi terus menerus dan menjadi alasan karena adanya upaya transisi energi ke energi baru dan terbarukan ke depannya.
"Harus terus berupaya untuk improve produksi migas dan reduce the deficit of production yang memperlebar gap dengan demand serta membuat macro economy kita vulnerability," tuturnya.
Apalagi, Sri menekankan, saat ini masih terdapat 95 basin yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia yang belum dieksplorasi dengan optimal oleh industri-industri migas.
Pemerintah pun dipastikannya terus mendukung investasi di sektor ini supaya produksi bisa terus berkembang dan tumbuh. Terutama dengan memanfaatkan instrumen fiskal seperti pajak dan subsidi.
"Pemerintah telah improve dan encourage investment dan produksi dengan fiscal policy dalam hal ini menggunakan tax serta subsidi, menjadi yang paling penting tapi bukan menjadi satu-satunya," ungkapnya.