Hadapi Asing, Erick Thohir Mau Jual BUMN yang Cuan Cuma Rp50 Miliar
- VIVA/Mohammad Yudha Prasetya
VIVA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kembali menegaskan, bakal menjual BUMN yang pendapatannya hanya Rp50 miliar.Â
Dia mengatakan, pernyataan ini bakal dilaksanakannya setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).Â
"Saya udah bikin statement tinggal dukungan politik dari DPR, BUMN yang Rp50 miliaran di jual aja," kata dia dalam Orasi Ilmiah di Universitas Brawijaya, Sabtu, 27 November 2021.
Baca juga:Â Jepang Beli Cangkang Sawit RI US$12 Juta Per Tahun, Untuk Apa?
Menurut Erick, yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah BUMN yang besar-besar saja untuk menghadapi gempuran bisnis asing di dalam negeri.
"Kita BUMN yang gede-gede aja, jadi kapal-kapal induk untuk perang lawan perusahaan-perusahaan asing. Bahkan saya mau BUMN go global," tegas dia.
Apalagi, dia menekankan, saat ini, pada dasarnya secara alamiah BUMN juga akan mati sendirinya akibat perkembangan teknologi digital.
"Sekarang ayo kita roadmap-in mana nanti BUMN yang nanti hilang. Banyak bumn yang akan hilang juga nanti akibat persaingan digital. Ini tapi ada juga yang makin besar," paparnya.
Di sisi lain, Erick menekankan, saat ini pemerintah juga tengah memposisikan Indonesia sebagai negara utama ekonomi dunia.
"Kita harus memposisikan Indonesia yang tepat, bukan sekedar narik investasi, jual diri, barangnya hilang, job creation-nya enggak dibuat, pengusahanya asing semua," tuturnya.
Dia menekankan, sikap ini bukan berarti Indonesia ke depannya akan anti asing. Melainkan harus bisa saling menguntungkan.
"Jangan kita yang buntung mereka yang untung. Industri gamenya asing semua terus kita disuruh bayar, terus mau bikin tim disuruh bayar, bikin liga disuruh bayar masa game aja asing," tegas Erick
Pada pertengahan Desember 2021, Presiden Joko Widodo dikatakannya juga akan mulai meluncurkan merah putih fund yang didukung perusahaan BUMN besar.
"Didukung Telkom dan Telkomsel, tapi jangan di bohongi, founder-nya orang Indonesia, operasional perusahaannya di Indonesia dan harus go public di Indonesia, habis itu go public di luar negeri boleh," ungkap dia.