Kepala Bappenas: Percuma Gaji Pejabat Ratusan Juta, Tapi Rakyat Miskin

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa.
Sumber :
  • VIVAnews/Dusep Malik

VIVA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengaku emosional ketika melihat perekonomian Indonesia tak mampu menyelesaikan kemiskinan dan pengangguran.

Di Hadapan Gibran, Menaker Beberkan Terobosan Menekan Angka Pengangguran

Dia mengatakan, padahal sejatinya ekonomi ada untuk memulihkan dua hal tersebut. Kalau tidak bisa mengentaskan kemiskinan maupun memberi kesempatan kerja maka percuma menggaji pejabat ratusan juta rupiah.

Karena itu, Suharso mengingatkan, dua permasalahan ini sangat penting untuk segera dipecahkan, sebab jika terus dibiarkan maka tanggung jawab atas gaji ratusan juta itu akan ditanya saat wafat.

Ombudsman Usul Bansos Tak Boleh Lagi Berbentuk Beras atau Uang 

Baca juga: Mencekam, Insiden Batik Air Rute Jakarta-Padang Beredar di Medsos

"Dan kesempatan kerja itu tidak terbuka sekalipun anda dibayar ratusan juta per bulan. Tunggulah, anda semua itu diminta pertanggungjawabannya setelah wafat," kata dia di acara OJK, Jumat, 26 November 2021.

Indonesia, Germany Collaborate on Social Security Inclusive

Suharso pun mengatakan, tingkat kemiskinan Indonesia saat ini kembali naik ke level sebelum adanya Pandemi COVID-19, yakni 10,14 persen. Pengangguran juga telah tembus 9,1 juta orang.

Dari sisi barang saja, Suharso mencontohkan, di Indonesia dari tahun ke tahun selalu naik. Bahkan, beda tempat penjualan saja dengan merek yang sama harganya pasti beda. 

"Bayangkan saja segelas kopi atau segelas air putih kan beda sekali antara hotel ini dengan di sebelah. Itu padahal sama mereknya, tapi begitu masuk di sini berubah," tegas dia.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa di Istana Presiden, Jakarta.

Photo :
  • Instagram @sekretariat.kabinet

Padahal, di luar negeri saja, khususnya di negara-negara maju, dia mengatakan, harga barang jarang mengalami kenaikan secara terus-menerus padahal pendapatan rakyatnya baik.

"Misal saya ajak staf saya pergi ke Paris minum hot chocolate yang terkenal itu, di Angelina, harganya dari tahun ke tahun sampai hari ini enggak berubah, tapi coba harga segelas kopi kita," tegasnya.

Oleh sebab itu, dia meminta kepada para petinggi baik sebagai regulator ataupun pemangku kepentingan lainnya seperti di sektor swasta untuk sama-sama menjadikan ekonomi bermanfaat bagi rakyat secara nyata.

"Saya agak sedikit emosional soal itu karena tidak ada gunanya ekonomi tidak ada gunanya hadirnya si bank itu kalau si miskin tetap si miskin pengangguran tetap terbentuk," tutur Suharso.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya