Beruntun 18 Bulan, Surplus Dagang RI Oktober 2021 Capai US$5,73 M
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono melaporkan, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia pada bulan Oktober 2021. Surplus ini melanjutkan tren surplus yang telah terjadi 18 bulan terakhir.
Margo mengatakan, dengan nilai ekspor Oktober 2021 sebesar US$22,03 miliar dan impor yang mencapai US$16,29 miliar, maka jika dikalkulasikan neraca perdagangan Indonesia di bulan Oktober 2021 tercatat surplus sebesar US$5,73 miliar.
"Jadi neraca perdagangan barang di Oktober 2021 ini tercatat surplus US$5,73 miliar," kata Margo dalam telekonferensi, Senin 15 November 2021.
Baca juga: Menko Luhut Duga Kebakaran Tangki Kilang Cilacap karena Petir
"Dan kalau kita lihat secara tren, neraca perdagangan Indonesia ini telah membukukan surplus selama 18 bulan secara beruntun," tambahnya.
Margo menjelaskan, jika dilihat dari komoditas penyumbang utamanya, surplus terbesar berasal adalah dari bahan bakar mineral. Kemudian lemak dan minyak hewan atau nabati, serta besi dan baja.
"Sedangkan kalau kita lihat negara penyumbang surplus terbesar adalah dari Amerika Serikat, Tiongkok, dan Filipina," kata Margo.
Dia merinci, kinerja perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat mengalami surplus sebesar US$1,7 miliar. Dengan komoditas utamanya adalah lemak dan minyak hewan nabati, di ikuti pakaian dan aksesorisnya atau rajutan.
Kemudian dengan Tiongkok, Indonesia juga mengalami surplus sebesar US$1,3 miliar, dengan komoditas utama penyebab surplus berasal dari bahan bakar mineral, kemudian besi dan baja.
Sedangkan untuk perdagangan ke Filipina, Indonesia kita juga mengalami surplus sebesar US$685,7 juta, dengan komoditas penyumbang utamanya berasal dari bahan bakar mineral, serta kendaraan dan bagiannya.
Sebaliknya, lanjut Margo, perdagangan Indonesia yang mengalami defisit yaitu ke Australia, yang pada Oktober 2021 mencapai defisit sebesar US$595 juta. Di mana, penyebab defisitnya berasal dari komoditas bahan bakar mineral, serta biji logam perak dan abu.
Lalu untuk perdagangan ke Thailand, Indonesia juga mengalami defisit sebesar US$295,6 juta. Dengan penyebab defisit utamanya berasal dari komoditas plastik dan barang-barang dari plastik, dan mesin serta peralatan mekanik.
Kemudian defisit terbesar ketiga yaitu perdagangan Indonesia dengan Ukraina, yang mencapai sebesar US$216,4 juta. Dengan penyebab defisit utamanya berasal dari komoditas serelia, serta besi dan baja.
"Kemudian secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia dari Januari sampai Oktober 2021 tercatat mengalami surplus neraca perdagangan barang sebesar US$30,81 miliar. Sekali lagi, mudah mudahan kinerja ekspor kita bisa dipertahankan sehingga neraca perdagangan bisa terus tumbuh," ujarnya.