RI Percepat Bentuk Bullion Bank, Tak Mau Emas Parkir Lama di Singapura
- Dokumentasi Kemenko Ekonomi.
VIVA – Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pemerintah sudah bolak balik rapat untuk mempercepat pembentukan bullion bank di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, bullion bank merupakan bank yang dibentuk untuk melayani transaksi pembelian dan penjualan logam mulia. Bank ini juga menawarkan jasa keuangan dan pembiayaan.
Menurutnya, bullion bank ini bisa segera dihadirkan di Indonesia lantaran PT Pegadaian sebagian besar asetnya berupa emas. Asetnya tersebut dikatakannya dalam bentuk hidden asset.
Baca juga: Besok, Jokowi Bakal Lihat dan Jajal Langsung Sirkuit Mandalika
"Ini terkait bullion bank karena Pegadaian juga sudah punya hidden asset. Kalau hidden assetnya dibuka maka peningkatan kreditnya juga bisa nambah," tutur dia dalam acara peluncuran Buku Pembiayaan UMKM, Kamis, 11 November 2021.
Airlangga menekankan, bullion bank ini juga harus hadir karena Indonesia merupakan negara produsen emas terbesar di dunia. Maka tidak wajar jika negara produsen emas tidak memiliki lembaga pengelolanya.
"Sehingga Indonesia sebagai salah satu produsen emas yang pasti terbesar di Asia ini tentu bisa memanfaatkan produksi emas baik dari Grasberg maupun dari Lapangan Merdeka maupun dari Amman," ungkap Ketua Umum Partai Golkar ini.
Di sisi lain, dia melanjutkan, keberadaan bullion bank juga akan menciptakan efisiensi dalam proses perdagangan emas di Indonesia. Sebab, tidak lagi perlu memarkirkan emasnya di bullion bank Singapura seperti selama ini.
"Tidak perlu lagi memarkir emasnya di Singapura, di bullion bank Singapura dan kemudian di tolling oleh industri jewelry kita saat sekarang kan yang terjadi begitu," papar Airlangga.
Dia pun membuka praktik proses perdagangan emas selama ini yang cenderung seperti mengemplang pajak. Sebab, ekspor emas selama ini seolah ditujukan sebagai biaya pengolahan sehingga terbebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
"Dalam tanda petik menghindarkan PPN maka barang di ekspor ke Singapur dalam bentuk emas kemudian masuk kembali ke Tanah Air untuk dikerjakan sebagai cost of manufacturing kemudian diekspor kembali sehingga nilai dari emas itu dititip di bullion bank negara tetangga," tegasnya.
Atas dasar hal ini, Airlangga mengatakan, pemerintah telah bolak balik melakukan rapat guna mempercepat proses pembentukan bullion bank di Indonesia. Meski begitu dia belum menyebutkan kapan target pembentukan secara pasti.
"Kita sudah bolak balik rapat mungkin ini perlu dipercepat karena itu menjadi aset PT pegadaian yang 75 persen adalah emas," tuturnya.